Nikmatnya Bubur Beras Merah ala Pecinan dengan Pelengkap Aneka Rupa

Bubur beras merah yang satu ini begitu gurih hingga tak sadar sudah tandas tak bersisa.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Mar 2020, 18:30 WIB
Ragam menu yang tersedia di Bubur Cap Tiger. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Nasi merah biasanya memiliki rasa langu sehingga tak semua orang cocok. Namun, rasa khas itu tak terdeteksi sama sekali saat mencicipi bubur merah dari Bubur Cap Tiger.

John Darmawan, pemilik restoran bubur itu mengungkap bahwa rahasia kenikmatan sajian tersebut terletak pada beras merah yang berkualitas. "Dari awal sudah ada bubur beras merah dan memang lebih wangi," kata John saat ditemui di Jakarta, Kamis sore, 5 Maret 2020.

Ia membuka restoran yang berlokasi di kawasan Cikajang, Jakarta Selatan itu sejak setahun lalu. Menu bubur merah sengaja masuk menu setelah melihat perilaku konsumen di wilayah selatan Jakarta yang disebutnya lebih peduli terhadap kesehatan.

"Beras merah itu kan indeks glikemiknya rendah, seratnya lebih tinggi. Diproduksi semiorganik dan enam bulan sekali baru bisa dipanen," kata dia.

Tak mengherankan bila harganya terbilang premium, Rp30 ribu untuk semangkuk bubur beras merah polos yang ditaburi potongan daun bawang segar. Harga itu lebih mahal Rp5 ribu dari bubur putih polos.

"Setiap mangkuk dilengkapi seporsi cakwe. Kalau mau nambah lagi, bisa pesan terpisah cakwenya," kata John.

Rasa gurih mendominasi bubur. Teksturnya kental menandakan kaldu ayam kampungnya cukup melimpah. Gurihnya makin kuat lantaran John menambahkan MSG di dalamnya.

"Saya pun pakai (MSG), tapi memang tidak banyak. Makanan Pecinan mana pun akan selalu menambahkan itu. Lagipula, kalau pakai kaldu ayamnya tidak cukup kental, mau micin seberapa banyak, tidak ngefek," ia menjelaskan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Dari Telur Pitan hingga Ayam Panggang

Semangkuk bubur merah dari Bubur Cap Tiger ditemani segelas Liang Teh. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Tentu, pilihan lauk pendamping bubur tak hanya cakwe. Dari daftar menu terhitung ada lebih sepuluh jenis lauk yang bisa dipilih. Satu di antaranya adalah telur pitan.

Menurut John, telur pitan dimasak dengan cara difermentasi dengan ramuan beragam rempah. Wujudnya hitam dengan tekstur bagian putih yang lebih kenyal dari telur putih biasa. Namun, rasa rempah itu tak terlalu kuat sehingga masih bisa ditelan.

Lauk lain yang patut dicoba adalah usus ayam. Karena mengutamakan kesehatan, bagian usus dipilih yang terbersih. Usus itu, sambungnya, dibuka dan dibersihkan bagian dalam. Usus tidak digoreng, tetapi kemungkinan direbus sehingga menghasilkan tekstur yang kenyal, tapi lembut saat dikunyah. 

John juga merekomendasikan untuk mencicipi tahu kecap. Menu berupa tahu putih dengan tekstur lembut ini langsung meluncur ke kerongkongan dengan mulus. Rasa wijennya lumayan mendominasi, dengan sedikit asin dari kecap.

Sementara, ayam rebus dan ayam panggang tersedia dalam tiga jenis porsi, yakni seperempat, setengah, dan satu ekor. Harganya mulai dari Rp55 ribu hingga Rp220 ribu.

Selain bubur merah polos, Bubur Cap Tiger juga menyediakan bubur ayam dan bubur ikan. Bubur ayam mirip dengan bubur putih polos ditambah suwiran ayam, sedangkan bubur ikan adalah bubur yang dimasak dalam kaldu ikan dori.

"Inspirasinya saya dari Mangga Besar. Satu Jalan Mangga Besar itu ada banyak yang jualan bubur. Kurang lebih bawa vibe itu, ke Selatan. Bubur itu kan sesuatu yang klasik," imbuh John perihal keterangan cabang Mangga Besar dalam daftar menu.


Makanan Penutup

Kwecang dari Bubur Cap Tiger. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Tak lengkap menyantap bubur tanpa minum dan kedai bubur ini siap menawarkan sederet varian menggugah selera. Mulai dari beragam teh hingga soda sasaparila yang sudah lama ada di Indonesia, tersedia di sana.

"Kebanyakan kami produksi sendiri, termasuk liang teh, kecuali Soda Cap Badak," kata dia.

Penasaran, saya memilih liang teh yang diakui John diproduksi sendiri. Meski rasanya mirip cincau, liang teh itu ternyata menggunakan beragam rempah. Rasanya segar dan pas untuk menghilangkan dahaga. Anda bisa menambahkan gula yang disediakan secara terpisah.

Sebagai penutup, John menawarkan kwecang. Meski namanya mirip bacang, rasa dan bentuknya justru lebih mirip kue lupis. Lengket dan manis karena dituangkan gula aren cair ke atasnya.

"Kalau lupis dibungkus kulit pisang, kalau kwecang pakai daun bambu," terangnya. Penasaran ingin mencicipi langsung? Anda bisa datang ke sana mulai pukul 17.00 WIB.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya