Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan pembangunan fasilitas observasi dan karantina untuk pengendalian infeksi penyakit menular, khususnya Covid-19 atau virus Corona di Kota Batam, Kepulauan Riau, akan selesai pada 28 Maret 2020.
Proyek yang memanfaatkan lokasi eks tempat penampungan (kamp pengungsi Vietnam) pada 1979 hingga 1996 di Pulau Galang ini telah dikerjakan sejak Minggu (8/3/2020) kemarin.
"Sudah (dikerjakan) dari hari Minggu kemarin, sampai 28 Maret," ujar Menteri Basuki di Gedung Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Baca Juga
Advertisement
Adapun tempat observasi dan karantina di Batam ini nantinya akan seperti tempat penampungan WNI yang berpulang dari China untuk pemeriksaan virus Corona. Kamp pengungsi Vietnam tersebut akan dirombak dengan beberapa perbaikan untuk kebutuhan paramedis.
"Kalau untuk yang observasi mungkin kita akan bangun sekitar 500 (tempat tidur). Kemudian untuk yang isolasi ada 50, (terdiri dari) yang 30 non-ICU, dan 20 yang ICU, yang isolated. Jadi benar-benar yang isolasi, kalau yang sudah sakit," tuturnya.
Pulau Galang disebutnya dipilih sebagai tempat karantina lantaran secara lokasi mudah dijangkau dari Batam, namun tetap terjaga lantaran jauh dari permukiman sekitar.
"Ke (Pulau) Galang ini jauh dari permukiman, tapi satu kali pendaratan di Batam. Pesawat besar bisa 24 jam dari Batam, ke situ hanya 45 menit, jadi sangat feasible," tukas Menteri Basuki.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ada Wabah Corona, Menko Airlangga Tetap Yakin Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen
Mewabahnya virus Corona membuat perekonomian beberapa negara terkoreksi, termasuk ekonomi Indonesia. Padahal sebelumnya banyak pihak memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi bakal membaik di 2020. Laporan mencatat, insiden wabah virus Corona membuat kinerja industri manufaktur global mengalami penurunan.
“Ini momentum yang baik untuk didorong agar utilisasi pabrik ditingkatkan dan kesempatan Indonesia untuk menarik investasi. Karena manajemen risiko dari negara mitra (dagang) kita bahwa Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara bisa mengantisipasi risiko global supply chain,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam acara Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan (Rakernas Kemendag) 2020, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (04/03/2020).
Fundamental perekonomian Indonesia juga tetap stabil dan terjaga pada kisaran 5 persen di 2019, dengan pendorong utama berasal dari konsumsi domestik dan investasi (PMTB). Pertumbuhan ini juga sejalan dengan perbaikan kualitas indikator sosial.
“Keberhasilan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sinergi kebijakan yang telah dilakukan pemerintah. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan sinergi kebijakan fiskal, moneter, reformasi struktural, serta keberlanjutan yang akan mendorong transformasi ekonomi untuk mengatasi tantangan pada 2020,” katanya.
Transformasi ekonomi yang akan dilakukan tentunya terpengaruh oleh risiko eksternal berupa defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang membuat Indonesia rentan terhadap gejolak eksternal.
Terlepas dari itu, Indonesia diharapkan dapat terus mencetak pertumbuhan ekonomi berkualitas dan inklusif, seperti yang sudah ditargetkan untuk mencapai 5,3 persen pada 2020 ini.
Advertisement