Liputan6.com, Jakarta Mike Tyson tidak hanya bertarung di atas ring. Pergumulan terberat justru harus dihadapi mantan juara dunia kelas berat itu dalam kehidupan sehari-hari. Dan tanpa tinju, pria yang sempat dijuluiki si 'Leher Beton' tersebut tidak kuasa untuk melawan, bahkan hanya untuk sekedar bertahan sekalipun.
Di masa kejayaannya, Tyson adalah fenomena dalam olahraga tinju profesional. Lewat kepalan tangannya, Tyson menjelma dari remaja badung menjadi seorang atlet paling terkenal di dunia. Memberi warna bagi tinju kelas berat yang stagnan setelah berakhirnya era Muhammad Ali.
Advertisement
Sebagai petinju, kemampuan Tyson komplit. Bermulut besar, bertenaga kuda, dan dibekali pukulan yang mematikan. Sebelum merebut gelar juara dunia pertamanya, Mike Tyson sudah mengemas 27 kemenangan (27-0) di mana 25 di antarnya diraih lewat menghajar KO lawan-lawannya.
Wajar bila saat bertemu Trevor Berbick pada perebutan gelar WBC, pada 22 November 1986, Tyson yang baru berusia 20 tahun 150 hari tidak butuh waktu lama untuk memenangkan duel. Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda sepanjang sejarah setelah memukul KO Berbick pada ronde kedua.
Sejak saat itu, namanya terus melambung di arena tinju profesional. Satu persatu gelar juara dunia berhasil direbutnya. Di era 1990-an, nyaris tidak ada yang tidak mengenal Tyson? Namanya dielu-elukan di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Duel demi duelnya sangat dinanti publik.
Namun bagi Tyson, pukulan lawan bukanlah hal menaktukan dalam hidupnya. Tantangan terberat justru datang dari kehidupan sehari-hari dan berulang kali Tyson kalah. Perilaku yang 'ugal-ugalan' tak hanya menyeretnya ke sejumlah perkara. Kariernya juga hancur dan nama besarnya juga tercemar.
Di luar ring, Tyson beberapa kali berurusan dengan pengadilan. Mulai dari tindak kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, hingga perkelahian jalanan. Keuangannya hancur. Pada tahun 2003, Tyson mengaku bangkrut dan mengajukan kepailitan ke pengadilan di Manhattan, Amerika Serikat.
Tyson memutuskan pensiun setelah kalah dari Kevin McBride pada 11 Juni 2005 lalu.
Saat ini, Tyson sudah berusia 53 tahun. Dengan tenaga yang masih tersisa, pemilik nama Malik Abdul Aziz itu berusaha bangkit dan bertahan hidup lewat kegiatan yang jauh dari tinju. Tyson aktif di dunia film dan televisi. Belakangan, Tyson juga menggarap podcast berjudul 'Hotboxin’ with Mike Tyson'.
Seluruh proyek ini membantu Tyson menjalani kehidupan barunya. Hanya saja, berada jauh dari dunia tinju membuat jiwanya terasa hampa. Semua uneg-uneg ini disampaikan Tyson saat berbincang dengan legenda tinju dunia, Sugar Ray Leonard, dalam acara podcast yang dipandunya. Sembari beruari air mata, Tyson mengaku sangat merindukan saat-saat berada di atas ring tinju.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Terasa Hampa
"Saya adalah murid peperangan," kata Tyson dengan mata berkaca-kaca.
"Saya tahu semua pejuang. Dari Charlemagne ke Achilles--pejuang nomor satu di antara para pejuang-- dan kemudian Alexander dan Napoleon. Saya tahu mereka semua," bebernya.
"Saya membaca kisah mereka. Saya mempelajarinya. Saya tahu seni bertarung. Saya tahu seni berperang, hanya itu yang pernah saya pelajari. Itulah sebabnya saya sangat menakutkan, itu sebabnya mereka takut padaku ketika di atas ring. Saya dulu penghancur. Saya dihalirkan untuk itu,"
"Sekarang hari-hari terasa hampa, saya bukan apa-apa. Saya bekerja dalam seni kerendahan hati. Itu sebabnya saya menangi, karena saya bukan pria yang sama dan saya merindukannya," katanya.
"Sebab terkadang saya merasa sepertu sundal, sebab saya tidak ingin orang itu (Tyson yang dulu) pergi. Sebab kalau dia pergi, maka neraka akan datang bersamanya. Ini tidak lucu sama sekali. Saya tampak keren seperti pria yang tangguh, tapi saya membencinya. Saya takut padanya," beber Tyson.
Advertisement
Terinspirasi Sugar Ray Leonard
Air mata Tyson semakin tidak terbendung saat dia menjelaskan betapa berartinya Sugar Ray Leonard kepadanya saat beranjak dewasa. Menurut Tyson, prestasi yang diukir Sugar di atas ring telah menginspirasi dan menyelamatkan masa remajanya yang penuh dengan masalah.
"Saya masih berusia 13 tahun saat ditahan," kata Tyson.
"Anda bertarung melawan [Wilfred Benitez pada 1979] seorang master yang menjadi juara dunia pada usia 17--bukan amatir tapi profesional. Sekarang dia berusia 21 tahun, bertarung melawan Anda. Saya bahkan tidak bisa berkata apa-apa...Anda sangat menginspirasiku," kata Tyson dengan suara parau.
"Lalu saya melihat Anda bertarung melawan (Roberto) Duran. Itu mengubah hidupku. Saya pikir saya ingin seperti Anda...Anda tidak mengerti. Anda abadi untukku," beber Tyson.
Sugar Ray Leonard merupakan salah seorang legenda hidup tinju dunia. Sepanjang 20 tahun berkarier, Leonard telah memenangkan gelar juara dunia di lima kelas berbeda denga rekor (36-1-3).