HEADLINE: Italia Lockdown Akibat Virus Corona Covid-19, Indonesia Tak Akan Bernasib Sama?

Italia seketika sepi. Tak ada lagi aktivitas warga seperti biasanya. Semua karena Virus Corona Covid-19.

oleh Raden Trimutia HattaBenedikta Miranti T.VTommy K. Rony diperbarui 12 Mar 2020, 00:02 WIB
Polisi menjaga perbatasan Modena dan Bologna di Valsamoggia, Bologna, Italia, Senin (9/3/2020). Sebelumnya, pemerintah Italia hanya menutup wilayah utara negaranya untuk menekan penyebaran virus corona (COVID-19). (Piero CRUCIATTI/AFP)

Liputan6.com, Roma - Seperti negeri tak bertuan. Italia seketika sepi. Tak ada lagi aktivitas warga seperti biasanya. Semua karena Virus Corona Covid-19.

Hingga Selasa, 10 Maret pukul 18.00 waktu setempat, jumlah kasus Virus Corona Covid-19 yang dilaporkan pemerintah Italia sebanyak 10.149. Dari angka itu, pasien yang positif sebanyak 8.514, sembuh 1.004, dan meninggal dunia 631 orang.

Pemerintah Italia pun memutuskan untuk lockdown atau menutup akses seantero Negeri Menara Pisa. Tujuannya untuk mencegah sebaran Virus Corona meluas. Kebijakan ini berlangsung mulai 10 Maret hingga 3 April, usai diumumkan Perdana Menteri Giuseppe Conte pada Senin, 9 Maret sore waktu setempat.

Sekitar 60 juta penduduk Italia pun terisolasi. Semua restoran dan kafe wajib tutup pada sore hari. Sekolah dan universitas juga diliburkan. Bahkan, Liga Sepak Bola Italia berhenti.

Untuk mempromosikan kebijakan ini, pemerintah Italia mengeluarkan slogan 'Saya Tetap di Rumah'. "Kebiasaan kita perlu diubah," ujar Conte. "Mereka sekarang diubah," katanya.

Selain diminta tetap di rumah, orang-orang di Italia diharuskan menjaga jarak minimal 1 meter. 

Meski begitu, lockdown di Italia tak seketat Wuhan, China, pusat wabah Virus Corona. Masyarakat masih bisa bepergian ke wilayah lain dengan ketentuan khusus, yakni alasan kerja atau kesehatan yang valid.

Duta Besar RI untuk Italia Esti Andayani yang berada di Roma menyatakan, kebijakan lockdown dilakukan agar Virus Corona Covid-19 tidak menyebar karena aktivitas orang-orang yang berpergian. "Lebih fokus ke pencegahan, mengingat banyaknya orang yang bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain."

Ia mengungkapkan, kondisi di Italia saat ini relatif kondusif. "Tidak ada panic buying," tegas Esti, kepada Liputan6.com, Rabu (11/3/2020).

"Jika ada video yang kelihatan antre sebetulnya karena toko membatasi jumlah orang di dalam dan jarak antrean yang di luar untuk giliran masuk harus 1 meter atau paling tidak setengah meter," Esti menambahkan.

Menurutnya, situasi di Italia tidak mencekam seperti yang dibayangkan. Warga sebetulnya masih dibolehkan keluar rumah seperti untuk belanja persediaan pangan.

"Cuma jadi sepi dan lengang kalau di Roma. (Keluar rumah) Boleh untuk bekerja, ke klinik kesehatan dan membeli grocery," ungkap Esti. 

Ia menilai, warga Italia sudah paham penularan Virus Corona terjadi lewat kontak fisik dekat. Mereka yang ke restoran pun sudah saling memberi jarak, bahkan sebelum ada keputusan lockdown.

"Kemarin juga kalau ke restoran berempat diberi meja duduknya jauh-jauh," ujar Esti.

Infografis Corona Bikin Italia Lockdown (Liputan6.com/Abdillah)

Di Indonesia, hingga Rabu (11/3/2020) sore, jumlah kasus positif Virus Corona tercatat sebanyak 34. Dari total jumlah kasus itu, 2 di antaranya telah berstatus negatif dan sudah meninggalkan rumah sakit, tapi ada 1 pasien yang dinyatakan meninggal dunia.

Meski jumlah kasus Virus Corona di Indonesia tidak separah Italia, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai, kemungkinan lockdown cukup besar terjadi di Tanah Air.

"Kemungkinan lockdown besar untuk Indonesia karena protokolnya masih baru dan belum semua daerah paham," ujar Agus kepada Liputan6.com.  

Pemerintah Indonesia memang telah menetapkan berbagai protokol guna menjadi panduan masyarakat untuk menghindari penyebaran Virus Corona COVID-19. Dalam protokol medis, masyarakat yang merasa tidak sehat diminta untuk beristirahat di rumah, atau jika tak kunjung sembuh, diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). 

Selanjutnya, pasien akan melakukan screening suspect COVID-19 yang kemudian jika memenuhi kriteria suspect, akan dirujuk ke salah satu rumah sakit rujukan yang siap melakukan penanganan. 

Selain yang mengalami gejala penyakit, memiliki riwayat perjalanan selama 14 hari terakhir ke negara terjangkit COVID-19, atau merasa pernah melakukan kontak dekat dengan penderita COVID-19, juga diminta untuk menghubungi hotline call center untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut. 

Ada juga protokol di area dan transportasi publik. Jika kontak atau hubungan dekat dengan banyak orang tidak bisa dihindari, mencuci tangan setelahnya menjadi cara paling efektif untuk menangkal penyebaran virus. Berbagai etika ketika berada di tempat umum pun juga menjadi bagiannya, seperti menutup hidung dan mulut ketika batuk atau bersin menggunakan siku tangan, dan sebagainya. 

Untuk protokol area pendidikan, Dinas Pendidikan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk menghadapi COVID-19. Sanitasi serta fasilitas kebersihan diri pun wajib disediakan di institusi pendidikan guna mencegah penyebaran virus. 

Sedangkan protokol di wilayah perbatasan, dilakukan manajemen cegah tangkal di Pintu Masuk Negara seperti bandara, pelabuhan, PLBDN. Langkah-langkah pendeteksian dini, pencegahan juga wajib dilakukan. Untuk protokol komunikasi, pemerintah akan menciptakan masyarakat yang tenang, dan paham apa yang mereka harus lakukan bagi lingkungan terdekatnya, kemudian membangun persepsi masyarakat bahwa Negara hadir dan tanggap dalam mengendalikan situasi krisis yang terjadi.

Bila seluruh protokol ini dapat dijalankan semua pihak, Agus Pambagio meyakini, tak ada terjadi lockdown di Indonesia dan krisis Virus Corona dapat cepat berakhir. "Jalankan dengan tegas protokol meski sudah sangat terlambat," kata Agus.

Terpisah, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adiansyah, menegaskan saat ini upaya pencegahan dan penanganan Virus Corona yang dilakukan pemerintah sudah maksimal. "Kita berharap semua berjalan baik dan krisis ini dapat segera usai," ucapnya saat dihubungi Liputan6.com.

"Kita pernah menghadapi wabah flu burung dan dapat melewatinya dengan baik, kita juga yakin mampu melewati krisis COVID-19 ini," Donny memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kondisi WNI di Italia

Seorang pria berjalan di Alun-Alun Duomo, Milan, Italia, Minggu (8/3/2020). Italia menutup seluruh wilayahnya dari 10 Maret 2020 sampai 3 April 2020 demi menekan penyebaran virus corona (COVID-19). (AP Photo/Antonio Calanni)

Ada total 3.067 WNI yang terdata di Italia. Hingga Selasa, 10 Maret pagi waktu Roma, Duta Besar RI untuk Italia Esti Andayani menyatakan kondisi WNI di Roma masih bebas dari Virus Corona. Begitu pula keluarga staf KBRI Roma.

Suplai makanan pun dijamin aman karena persediaan makanan untuk WNI dan masyarakat Italia dijamin pemerintah setempat. "Itu (makanan WNI) dijamin oleh pemerintah," ujar Dubes Esti.

"Di pasar maupun supermarket semua lengkap."

Saat ini KBRI Roma menutup layanan kekonsuleran bagi WNA, sementara pelayanan paspor dan SPLP bagi WNI dilakukan dengan perjanjian.

Meski begitu, WNI di Italia masih bisa pulang ke Indonesia. Namun, mereka harus melalui prosedur tertentu serta harus siap menanggung risikonya.

"Ke bandara untuk ke Indonesia bisa, tapi mereka harus bawa self-declaration untuk keperluan apa dan siap menanggung sendiri risiko dari perjalanan tersebut," kata Esti.

Formulir tersebut diunduh dari situs Kementerian Dalam Negeri Italia, dan akan diperiksa ketika masuk bandara.

Namun, KBRI Roma meminta agar WNI tidak ke Italia untuk saat ini. "KBRI Roma mengimbau untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke Italia, hingga pemberitahuan berikutnya," jelas pernyataan resmi KBRI Roma yang dikeluarkan pada Selasa, 10 Maret 2020.

WNI di Italia pun diminta tetap tenang dan tertib mengikuti aturan yang berlaku. Pihak KBRI berjanji akan terus memantau kondisi di Italia.

"Bagi WNI di Italia, untuk tetap tenang, meningkatkan kewaspadaan, serta mengikuti ketentuan yang telah diputuskan pemerintah Italia," jelas KBRI Roma.

Sementara itu, Ervina, mahasiswi Indonesia yang sedang berada di Florence, Italia, menyebut situasi di sana aman. Hanya saja, yang paling terdampak adalah aktivitas akademik.

"Untuk di Kota Florence sendiri, alhamdulillah masih aman terkendali. Kami juga selalu melakukan kontak dengan KBRI dan saling menginformasikan satu sama lain," ujar Ervina, Ph.D. Candidate untuk Sensory, Consumer and Innovation Department, EDULIA, Marie-Sklodowska Curie ITN Project.

Ia mengatakan, warga masih boleh keluar rumah seperti untuk belanja, tapi mereka tak boleh kumpul-kumpul. Warga yang ingin belanja juga harus dibatasi 20 orang saja di dalam supermarket. Antrean di Italia otomatis menjadi panjang karena harus menunggu giliran masuk.

Fasilitas publik seperti perpustakaan, universitas, dan sekolah juga tutup. Pihak universitas hanya bisa dihubungi via telepon ketika ada emergency.

"Saya juga dapat e-mail dari supervisor saya di Kota Parma bahwa universitas dan sekolah di Italia ditutup hinggal 3 April 2020 dan ada kemungkinan akan diperpanjang, jika situasi masih tidak baik," jelas Ervina.

Saat ini, menurut  dia, mahasiswa S1 dan S2 masih ada yang bisa belajar secara online. Tetapi, untuk mahasiswa yang tengah melakukan riset harus menahan aktivitas akademiknya sementara waktu.


Liga Italia Dihentikan

Seorang pengemis berlutut di trotoar Jalan Della Longaretta, Trastevere, Roma, Italia, Senin (9/3/2020). Penutupan wilayah Italia akibat virus corona (COVID-19) mengakibatkan 60 juta warga hanya dapat keluar rumah untuk urusan pekerjaan, kesehatan, dan situasi darurat. (AP Photo/Alberto Pellaschiar)

Kompetisi sepak bola Liga Italia akhirnya resmi ditangguhkan hingga 3 April. Kepastian ini didapat setelah Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte akhirnya mengeluarkan perintah penghentian sementara seluruh kegiatan olahraga menyusul semakin parahnya wabah virus Corona.

Keputusan penghentian sementara kompetisi Liga Italia Serie A datang setelah penyebaran virus Corona baru atau COVID-19 semakin tak terkendali di Italia.

Faktor ekonomi jadi salah satunya mengapa Liga Italia menerima keputusan pemerintah menghentikan kompetisi akibat virus Corona. Sebab, klub diperkirakan kehilangan pendapatan 30 juta euro (sekitar Rp 488,4 miliar) jika terus bertanding tanpa penonton.

Menteri Olahraga Italia Vincenzo Spadafora sebelumnya memerintahkan agar Liga Italia tampil di stadion kosong hingga 3 April. Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte kemudian memperbarui kebijakan dengan menghentikan kompetisi sampai kurun waktu tersebut.

Klub Liga Italia menyambut keputusan itu meski sebelumnya ingin Serie A berlanjut. Pertimbangan mereka adalah keengganan menghadapi menumpuknya jadwal pertandingan di akhir musim. Hal itu bisa menguras fisik pemain dan berpotensi menurunkan performa.

Namun, penghitungan Forbes menunjukkan, Italia mendapat keuntungan finansial jika laga ditunda. Pasalnya, mereka kini bisa menjual tiket stadion.

Meski begitu, beberapa klub sudah dipastikan kehilangan pendapatan karena bertanding di stadion kosong. Salah satunya adalah Juventus saat menghadapi musuh bebuyutan Inter Milan di Allianz Stadium, Minggu 8 Maret.

Itu belum menghitung penampilan di pentas Eropa. Inter Milan tidak dapat melepas tiket duel versus Getafe di Liga Europa, Kamis 12 Maret.

Sebanyak 29 laga Serie A bakal berlangsung tanpa penonton jika instruksi Spadafora masih berlaku. Dari situ klub diperkirakan menjual 750 ribu lembar tiket yang bernilai 30 juta euro.

Juventus menderita kerugian paling besar karena menguasai persentase pendukung sebesar 43 persen. Artinya, La Vecchia Signora tekor 12,3 juta euro.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya