Stok Obat-obatan Masih Aman hingga April 2020

Masyarakat diimbau tak perlu khawatir akan stok obat-obatan di tengah terjangan wabah virus corona.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 11 Mar 2020, 19:40 WIB
Ilustrasi obat (Foto: Unsplash.com/Freestocks)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi, Vincent Harijanto, memastikan bahwa stok obat-obatan di Indonesia masih tetap tersedia hingga April 2020. Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat tak perlu khawatir di tengah terjangan wabah virus corona.

"Kita tidak perlu panik. Stok obat sebenarnya saat ini masih bisa sampai Maret dan April. Untuk slow moving item bahkan bisa bertahan sampai Juni dan Juli," ujar Vincent di Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Vincent mengatakan, stok bahan baku obat di Indonesia sebenarnya masih sangat bergantung pada kiriman impor negara luar, yakni sebesar 95 persen. Dimana China dan India menjadi negara pengimpor terbesar.

"Dulu kita masih banyak impor dari Eropa. Sekarang Eropa tersisa sekitar 10-15 persen. Artinya 85 persen dari bahan baku impor dari China dan India. Kedua negara itu kisarannya 60:40. Dari China mungkin sekitar 60 persen, India 40 (persen)," jelasnya.

Dia menyatakan, gangguan suplai obat-obatan dari China sebenarnya rutin terjadi tiap hari raya Imlek. Dari kasus itu, ia meyakinkan bahwa pihak pengusaha obat telah belajar kasus tersebut.

"Sebenarnya dari tahun-tahun sebelumnya selama liburan Imlek ini event yang sangat menghambat supply dan produksi bahan baku. Imlek akhir Januari. Itu masalah biasa terjadi dari tahun ke tahun. Sudah diantisipasi," ungkap dia.

"Kebetulan datanglah si corona ini. Terpaksa musti berhenti lagi, baik (impor) yang masuk maupun produksi di pabrik. Cuman kita harus optimis, karena setelah kami cek mereka (China) sudah star untuk masuk kantor dan star produksi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


60 Persen Bahan Baku dari China

Ilustrasi steroid. (iStockphoto)

Pemerintah terus menekan ketergantungan impor bahan baku farmasi. Hal tersebut sebagai upaya pemerintah menekan pelemahan  pertumbuhan ekonomi akibat dampak dari virus Corona.

Untuk itu, pemerintah prioritaskan pengembangan obat atau produk biologi berbahan baku makhluk hidup melalui Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengungkapkan bahwa pemerintah terus mendorong percepatan substitusi produk impor farmasi dengan bahan baku lokal. Langkah tersebut memiliki banyak dampak positif. 

Beberapa dampak tersebut adalah mampu menekan angka impor, bisa meningkatkan devisa negara, dan juga menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Menurut Agus, industri farmasi merupakan industri strategis yang berdampak pada kebutuhan masyarakat banyak. Apalagi saat ini terjadi wabah Corona, di mana upaya kesehatan masyarakat meningkat tajam, sehingga kebutuhan obat-obatan juga naik.

"Terlebih lagi industri farmasi menjadi salah satu industri yang terdampak dengan adanya wabah ini, mengingat 60 persen kebutuhan bahan baku berasal dari China,” ujar Agus dalam kunjungan kerja meninjau Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, pada Rabu (11/03/2020).

Terhadap substitusi bahan baku impor farmasi, Dexa Group sebagai perusahaan nasional telah mengupayakan kemandirian bahan baku farmasi melalui OMAI sejak 2005. OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.

“Kami sangat mengapresiasi lagkah Dexa Group yang sudah siap hingga ke hilirisasi dengan Obat Modern Asli Indonesia, ini jelas mempunyai kandungan TKDN 100 persen, dan ini bisa dimaksimalkan dengan digunakannya OMAI di JKN,” ujar Agus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya