Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan pariwisata yang berkembang begitu pesat tak jarang membuat suatu destinasi eksotik dan indah kebanjiran wisatawan. Eksplorasi ini tentunya memberikan berbagai dampak dari segala sektor untuk masyarakat setempat.
Untuk menyeimbangkan situasi tersebut, Wiwik Mahdayani, founder dan director Desma Center, pusat pengembangan pariwisata berkelanjutan, menyebut penting diterapkannya sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
"Karena sekarang konsepnya bagaimana, kita lihat dari posisi mana, kalau destinasi di hulu dan di hilir punya peran masing-masing. Destinasi punya peranan membuat destinasi bisa jadi berkelanjutan," kata Wiwik kepada Liputan6.com di Sustainable Hospitality Conference di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Maret 2020
Baca Juga
Advertisement
Untuk di hilir dikatakan Wiwik, wisatawan punya peranan penting untuk menjaga lokasi tersebut. Berkelanjutan sendiri artinya ada pertumbuhan tetapi lebih berkelanjutan.
"Tidak tiba-tiba naik tapi tempat jadi rusak sehingga butuh lebih banyak cost untuk rehabilitasi karena maintaining dan rehabilisasi pasti perlu cost lebih besar," lanjutnya.
Pelaksanaan pariwisata berkelanjutan bukannya tanpa tantangan seperti di komunitas yang tergantung posisi mereka dan posisi sebagai apa. Wiwik menyebut saat ini telah banyak movement yang tersebar, seperti di banyak kota-kota di Eropa yang sudah banyak menolak pariwisata karena kenyamanan mereka terganggu.
"Seperti di Wae Rebo (NTT), mereka sudah tidak bisa mengatasi banyaknya pengunjung, mereka ingin pengunjung datang tapi tetap nyaman pengunjungnya, di sisi lain local community dapat impact dan benefit dari kegiatan pariwisata itu," ungkap Wiwik.
Salah satu strategi untuk mengatur dampak adalah carrying capacity yang dikatakan Wiwik terasa sulit jika impact belum terasa. "Kalau over capacity harus di-manage di situ mereka bisa tahu strategi ke depan seperti apa," tambahnya.
"Setiap daerah pariwisata tumbuh dengan cara berbeda-beda, beda sama negara maju seperti kasus di Eropa yang menolak. Di satu sisi kota dikembangkan bukan untuk wisatawan tapi untuk masyarakat, infrastruktur dasar untuk memenuhi hak dasar masyarakat, baru wisatawan datang," jelasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Strategi Pariwisata Berkelanjutan
Wiwik melanjutkan di Wae Rebo, Flores, Nusa Tenggara Timur kini masih dalam proses penerapan pariwisata berkelanjutan. Di sana membutuhkan wisatawan melihat impact dari hal tersebut.
"Mereka merasakan produk kain ikat terbeli, kopi laku, mereka bangga kebudayaan dikenal, satu cara pelestarian rumah tradisional, di sisi lain sudah over capacity," terang Wiwik.
"Selalu ada trade-off antara pembangunan dan protection akhirnya mereka ingin menciptakan sistem menerima wisatawan. Wisatawan nyaman dan mereka menerima manfaat secara berkelanjutan," ungkapnya.
Strategi lain adalah visitor management system, satu cara mengelola satu kawasan dengan lebih bertanggung jawab. Adalah lebih menyebarkan alokasi wisatawan tidak hanya di satu tempat.
"Seperti bangun board walk, ini tergantung tempat, jika di alam membangun path way dari kayu untuk jalan dan diarahkan ke lokasi mana, ada tempat tertentu tidak boleh dimasuki wisatawan untuk menghindari kerusakan jadi wisatawan diarahkan ke sana," kata Wiwik.
Banyak pula di destinasi wisata ketika beraktivitas di satu tempat ada waktunya seperti buka dari pagi hingga sore hari, yang juga jadi salah satu cara meminimalisir. Strategi ketiga adalah diversifikasi produk dan jasa.
"Satu lagi menyebarkan pendistribusian bukan hanya manfaat akhirnya tidak hanya satu tempat yang menerima manfaat, tetapi juga tempat lain, spreading around," tutup Wiwik.
Advertisement