Wabah Corona, Festival Lembah Baliem di Papua Resmi Batal

Festival Budaya Lembah Baliem melibatkan banyak orang dan dikhawatirkan akan terjadi penularan virus corona.

oleh Katharina Janur diperbarui 12 Mar 2020, 03:12 WIB
Peserta bersiap jelang Festival Lembah Baliem ke-27 di Wamena, Papua, Senin (8/8). Festival Lembah Baliem adalah pertunjukkan perang-perangan antar suku di Papua yang menjadi tontonan seru dan menghibur. (AFP PHOTO/Adek Berry)

Liputan6.com, Jayapura – Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Papua  resmi membatalkan Festival Lembah Baliem, festival budaya tahunan yang digelar di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya.

Pembatalan festival yang rutin dilaksanakan setiap bulan Agustus, dikarenakan imbas dari virus corona yang kini menyebar hingga Indonesia.

Bupati Kabupaten Jayawijaya, Jhon Richard Banua menyebutkan Festival Lembah Baliem selalu dipenuhi oleh wisatawan asing dan lokal.

Pada festival ini juga melibatkan banyak masyarakat yang datang dari 40 distrik, guna memeragakan sejumlah tarian tradisional dari Lembah Baliem.

“Kami tak ingin imbas dari virus corona masuk ke Wamena atau Papua pada umumnya. Apalagi festival ini melibatkan banyak orang. Demi kebaikan bersama, maka tahun ini, Festival Lembah Baliem ditiadakan,” katanya Jhon, usai melakukan rapat bersama forkompinda Jayawijaya, Rabu (11/3/2020).

Pemkab Jayawijaya akan kembali menggelar festival budaya yang telah menjadi agenda nasional itu, jika keadaan saat ini mulai membaik.

 


Sepi Pengunjung

Ilustrasi kamar hotel. (iStockphoto)

Penyebaran  virus corona, juga berdampak pada okupasi atau tingkat hunian hotel di Papua. Saat ini Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Papua mencatat, terjadi penurunan hunian hotel hingga 40%.

Ketua Umum PHRI Provinsi Papua, Syahrir Hasan menyebutkan tingkat hunian hotel sejak pertengahan tahun lalu sudah menurun. Ini dikarenakan dampak kerusuhan yang terjadi di sejumlah kota di Papua.

Syahrir menambahkan, tahun ini okupasi hotel terus menurun dikarenakan penyebaran virus corona yang telah mengakibatkan ribuan orang di sejumlah negara.

“Festival budaya akan banyak digelar tahun ini di Papua, misalnya ada Festival Humbold di Jayapura, lalu ada Festival Danau Sentani di Kabupaten Jayapura. Namun,  pemesanan hotel masih tak bergairah,” jelasnya.

PHRI Papua pesimis tingkat hunian hotel akan membaik, terlebih, Pemerintah Provinsi Papua akan menerapkan larangan warga negara asing (WNA) masuk Papua, pasca virus corona masuk Indonesia. “Kami berharap larangan ini tak dilakukan, sebab akan semakin berdampak pada perekonomian di bidang perhotelan,” katanya.

 


Thermal Scanner Disiagakan

Upaya pencegahan penyebaran virus corona yang dilakukan PT Angkasa Pura II (Persero) bersama seluruh stakeholder di Bandara Soekarno-Hatta.

Untuk pencegahan virus corona, 3 bandar udara dan satu pintu masuk di perbatasan Papua Nugini telah diterapkan pemeriksaan dengan thermal scanner.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aaron Rumainum memastikan 3 bandara telah dipasang thermal scanner, yakni di Bandar Udara Sentani, Bandara Udara Frans Kaisepo Biak, Bandar Udara Mopah Merauke dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw.

Sementara untuk bandara-bandara lainnya hanya menggunakan termometer infra merah. Ia memastikan, meskipun sudah memasang thermal scanner di pintu-pintu masuk kedatangan tamu, bukan berarti virus tersebut sudah dapat terdeteksi. Sebab thermal scanner hanya menjaring suhu badan di atas 38 derajat celcius.

“Satu hal yang perlu diingat, kadang kala sudah terinfeksi di Jakarta, ketika masuk ke Papua bisa saja tanpa gejala. Jadi jangan andalkan thermal scanner saja,” kata dokter Aaaron.

Untuk itu, dirinya menghimbau siapa saja yang baru datang dari Jakarta apalagi dalam kondisi batuk, pilek atau demam sebaiknya segera berobat ke puskesmas terdekat.

Simak video pilihan berikut ini: 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya