Ada Corona di Indonesia, BTN Beri Stimulus di Sektor Perumahan

Permintaan rumah masih cukup tinggi, dan hal ini didukung pemerintah yang akan menambah subsidi ke sektor perumahan dalam bentuk SSB.

oleh stella maris pada 12 Mar 2020, 21:17 WIB
Seorang wanita menukarkan uang pecahan kecil pada mobil kas keliling Bank BTN di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Rabu (7/6). Bank Indonesia bekerja sama dengan 13 bank lainnya melayani penukaran uang hingga 16 Juni mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2019, di Jakarta, Kamis (12/3). Dalam laporan akhir tahun itu, BTN menetapkan fokus kebijakan perseroan pada kualitas bisnis.

Untuk memperbaiki kualitas bisnis, perseroan memasang pondasi yang kuat khususnya dalam penerapan Pedoman Standard Akuntasi 71 (PSAK 71) dengan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), sehingga Perseroan memiliki pencadangan yang lebih kuat dalam mengantisipasi potensi kerugian atas aset keuangan yang dimiliki.

Alhasil, per Februari 2020, coverage ratio BTN mencapai lebih dari 100 persen. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 43,42 persen.

"Adanya PSAK 71 juga akan mendorong perseroan untuk lebih prudent dalam pemberian kredit, sehingga kualitas kredit akan menjadi lebih baik," kata Pahala.

 


Target Kinerja

Peningkatan CKPN menggerus Laba tahun 2019, sehingga dalam RUPST ditetapkan laba bersih sebesar Rp 209 miliar yang dialokasikan untuk dividen sebesar 10 persen dari laba bersih total atau senilai Rp 20,92 miliar.

Dengan demikian dividen per lembar saham sebesar Rp1,98 sementara laba per saham sebesar Rp19,76. Sementara dari jumlah laba yang dialokasikan untuk dividen, yang akan disetor ke pemegang saham mayoritas atau Pemerintah adalah sebesar Rp 12,55 miliar.

Sementara 90 persen dari sisa laba bersih akan digunakan sebagai saldo laba ditahan. Menapaki tahun 2020, perseroan menetapkan beberapa target kinerja, yaitu aset ditargetkan meningkat 6-8 persen, sementara kredit dan pembiayaan tetap tumbuh sebesar 8-10 persen dengan penopang utama adalah kredit pemilikan rumah atau KPR.

"Permintaan rumah masih cukup tinggi, dan hal ini didukung pemerintah yang akan menambah subsidi ke sektor perumahan dalam bentuk Subsidi Selisih Bunga atau SSB, BTN juga akan mengoptimalkan KPR Non subsidi khususnya segmen milenial dan urban dan mengembangkan personal loan dengan penjualan produk secara bundling antara kredit dan tabungan seperti contohnya BTN Solusi yang baru kami rilis," kata Pahala.

 


Stimulus ke Sektor Perumahan

Pahala menyambut baik inisiatif pemerintah dalam memberikan stimulus khususnya pada sektor perumahan di tengah perlambatan ekonomi nasional yang terdampak virus Covid-19 di Indonesia.

"Ini merupakan dukungan positif pemerintah terhadap sektor perumahan yang berdampak pada 172 industri terkait pembangunan perumahan, semoga ini menjadi angin segar bagi industri pembiayaan perumahan sekaligus mendorong semangat para pelaku industri properti untuk membangun rumah dalam rangka mendukung Program Sejuta Rumah," kata Pahala.

Selain memberikan stimulus, BTN juga punya target di tahun ini, yaitu pemasaran produk bundling membuat Bank dengan kode saham BBTN menargetkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 13-15 persen didorong kenaikan porsi dana murah dari giro dan tabungan.

"Jadi meskipun laba tahun lalu turun tajam, tahun ini kami optimistis laba Bank Tabungan bisa menembus Rp2,5 triliun- Rp 3 triliun dengan menurunkan cost of fund atau biaya dana menjadi 5,27 persen dan mendorong fee based income tumbuh di atas 17 persen dibandingkan tahun lalu, kita juga akan mengupayakan penurunan biaya umum dan sebagainya," kata Pahala.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya