6 Klaim Donald Trump soal Virus Corona COVID-19, Ini Faktanya

Selama virus Corona mulai merebak di dunia, termasuk AS, Presiden Donald Trump mengeluarkan berbagai pernyataan terkait hal itu. Bagaimana faktanya?

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Mar 2020, 15:41 WIB
Kunjungan Donald Trump dengan otoritas layanan kesehatan AS terkait uji Virus Corona di Atlanta. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Donald Trump telah membela penanganan wabah Virus Corona COVID-19 di Amerika Serikat dan sekarang telah memperkenalkan pembatasan perjalanan di sebagian besar Eropa.

Hingga kini, per Jumat, 13 Maret 2020 siang, kasus Virus Corona COVID-19 di AS telah mencapai 1.663 dengan jumlah 40 kematian dan 12 yang sembuh. 

Melansir BBC, Jumat (13/3/2020), berikut adalah enam klaim yang ia buat, lengkap dengan fakta dan kebenarannya: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Tak Memiliki Cukup Alat Uji

Petugas laboratorium melakukan pengujian sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Pada awal Maret, Gedung Putih mengakui bahwa Amerika Serikat tidak memiliki cukup alat uji. Beberapa pusat kesehatan juga melaporkan kesulitan dalam menggunakannya. Pemerintah mengatakan lebih dari satu juta unit sekarang telah didistribusikan, tapi lebih banyak yang masih berada dalam perjalanan. 

Akan tetapi, AS telah melakukan uji coba yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada negara lain, 26 per satu juta orang antara 3 Januari dan 11 Maret dibandingkan dengan 4.000 orang di Korea Selatan.

Inggris telah melakukan 400 tes per satu juta orang dan Italia 1.000 pada 10 Maret. Para pakar kesehatan khawatir bahwa virus itu mungkin menyebar dan tidak terdeteksi di komunitas AS karena hanya sedikit tes yang dilakukan.


2. Pembatasan Perjalanan

Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan kepada warga yang dikarantina di rumah serta menyampaikan salam kepada mereka di sebuah area permukiman di Wuhan, 10 Maret 2020. Xi melakukan inspeksi terkait upaya pencegahan dan pengendalian wabah virus corona di Wuhan. (Xinhua/Xie Huanchi)

Presiden Trump sering mengutip pembatasan perjalanan karena alasan jumlah kasus Virus Corona COVID-19 relatif rendah di AS dan mengatakan banyak nyawa telah diselamatkan. Pada 31 Januari, setiap warga negara asing yang telah ke China dalam 14 hari sebelumnya dilarang memasuki AS. Tiga maskapai besar AS yang mengoperasikan penerbangan ke China pun sudah berhenti terbang.

Kemudian pada bulan Februari, pembatasan diberlakukan pada warga negara asing yang telah tiba dari Iran, yang sudah berada di bawah larangan perjalanan dalam 14 hari sebelumnya. Warga negara non-AS dari 26 negara Eropa pun sekarang dilarang memasuki AS.

Warga AS dan keluarga mereka sebagian besar dibebaskan dari semua pembatasan ini.

Para ahli percaya bahwa tindakan AS memberi waktu kepada pemerintah untuk mempersiapkan dan mengurangi jumlah kasus, tetapi kita tidak tahu apakah itu dapat menyelamatkan nyawa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pembatasan perjalanan bisa berbahaya "dengan menghalangi berbagi informasi, rantai pasokan medis dan membahayakan ekonomi".


3. Ketika ditanya tentang data WHO terkait tingkat kematian virus

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Dalam sebuah wawancara telepon dengan Fox News, Presiden Trump mengatakan angka WHO mencapai 3,4% untuk tingkat kematian Virus Corona adalah "salah". WHO melaporkan angka ini pada 3 Maret dan mengatakan itu didasarkan pada semua kasus virus Corona yang dikonfirmasi yang mengakibatkan kematian.

Trump mengatakan dia berpikir angka kematian sebenarnya, berdasarkan "dugaan saya", adalah "jauh di bawah 1%". Dia mengatakan tingkat kematian tampaknya lebih tinggi karena banyak orang yang mengalami bentuk ringan virus, tidak melaporkannya ke dokter, dan karena itu tidak berakhir sebagai kasus yang dikonfirmasi.

Saat ini angka kemungkinan kematian akibat Virus Corona masih belum diketahui, terutama karena kurangnya data tentang infeksi. Namun, tebakan terbaik para ilmuwan saat ini adalah sekitar 1%.


4. Pada 9 Maret

Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Pernyataan dari presiden ini membutuhkan konteks.

Perkiraan dari Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) memberikan kisaran antara 26.339 dan 52.664 kematian akibat flu pada musim dingin yang lalu (antara Oktober 2019 dan Februari 2020), dengan perkiraan terbaik 34.157. Jadi, banyak orang meninggal karena flu setiap tahun, seperti yang ditunjukkan oleh Trump.

Namun, tidak seperti kebanyakan jenis flu lainnya, penyebaran virus corona baru belum dikandung oleh vaksin atau kekebalan dari wabah sebelumnya, dan para ilmuwan (termasuk yang dari WHO) percaya , virus ini memiliki tingkat kematian yang secara signifikan lebih tinggi daripada flu musiman (yang rata-rata, sekitar 0,1%).


5. Pada 7 Maret:

Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Saat ini tidak ada vaksin untuk Virus Corona baru ini, meskipun para ilmuwan di banyak negara sedang bekerja keras untuk mengembangkannya.

Para ilmuwan mengatakan secara realistis, vaksin tersebut tidak akan siap sampai setidaknya sampai pertengahan tahun depan.

Pengujian vaksin pada hewan sudah dimulai dan jika sesuai rencana, mungkin akan ada uji coba manusia di akhir tahun.


6. Pada 29 Februari:

Foto 10 Maret 2020, papan tanda "Berhenti" dan pesawat hendak mendarat di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington. Presiden AS Donald Trump pada Rabu (11/3) mengatakan negaranya menangguhkan semua perjalanan dari negara-negara Eropa, kecuali Inggris, untuk memerangi wabah Covid-19 (Xinhua/Liu Jie)

Seperti diketahui, AS telah memberlakukan pembatasan perjalanan dan tindakan karantina tetapi untuk menyatakan bahwa AS telah mengambil langkah paling agresif untuk melawan virus, itu tidak benar.

China dan Italia, misalnya, telah memperkenalkan karantina luas, yang memengaruhi jutaan orang. Amerika Serikat belum mengadopsi hal yang serupa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya