Jokowi Koordinasi dengan PM Singapura Cegah Penyebaran COVID-19 di Perbatasan

Jokowi menambahkan, pemerintah berupaya menciptakan komunikasi publik aktif dan reguler kepada masyarakat untuk mencegah kesimpangsiuran informasi.

oleh Mevi Linawati diperbarui 13 Mar 2020, 14:52 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kedua kiri) tiba untuk meninjau proses sterilisasi Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat pada Jumat (13/3/2020) pagi. Proses sterilisasi ini dilakukan dalam rangka mencegah penularan virus corona Covid-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pemerintah Indonesia melakukan koordinasi antarnegara, terutama dengan negara tetangga dalam penanganan virus corona atau COVID-19.

"3 hari lalu saya telepon PM Lee Hsien Loong (Perdana Menteri Singapura) bicara berbatasan terutama di Batam mengenai apa yang kita lakukan," kata Jokowi dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (13/3/2020).

Dia mengatakan, sore nanti akan berkomunikasi dengan Dirjen WHO untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan terkini. Dia juga akan menginformasikan apa yang telah dikerjakan pemerintah Indonesia.

Jokowi menambahkan, pemerintah berupaya menciptakan komunikasi publik aktif dan reguler kepada masyarakat untuk mencegah kesimpangsiuran informasi.

Dia menyebut, pemerintah telah meluncurkan video-video sederhana agar masyarakat bisa memahami virus corona dan supaya masyarakat bisa mengambil langkah tepat.

"Call center ada 119. Kominfo Polri terus menindak penyebaran hoaks," tandas Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tak Ingin Masyarakat Panik

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sejumlah mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi terlalu lambat dan terlena dalam penanganan covid-19. Jokowi mengaku memang sengaja tidak mengumbar penanganan yang telah dilakukan pemerintahannya dalam mencegah penyebaran penyakit karena virus Corona tersebut.

Jokowi mengatakan, pemerintah tidak ingin membuat masyarakat panik.

"Langkah serius telah kita ambil tapi di saat bersamaan, kita tidak ingin ada rasa panik, keresahan, di masyarakat. Oleh karena itu, dalam penanganan covid-19, kita tidak bersuara, kita harus tetap tenang dan berusaha keras," ujar Jokowi di Bandara Soetta, Tangerang, Jumat (13/3/2020).

Dia mencontohkan penanganan kasus covid-19 nomor 01 dan 02. Setelah diketahui keduanya positif, tim reaksi cepat Kementerian Kesehatan dibantu intelijen BIN dan Polri melacak orang-orang yang kontak langsung dengan pasien tersebut. Pergerakan itu dilakukan dengan diam.

Dua hari kemudian, Jokowi sudah mendapatkan 80 nama yang berada dalam klaster covid-19 itu.

"Jadi memang ada yang kita sampaikan, ada yang tidak kita sampaikan karena kita tidak ingin menimbulkan keresahan dan kepanikan di masyarakat. Kita berusaha keras mengatasinya," kata Jokowi.


Pasien Corona

Seorang operator (kanan) mengukur suhu tubuh karyawan di sebuah terminal bus di Beijing, ibu kota China, pada 3 Februari 2020. Senin (3/2) menandai hari pertama masuk kerja setelah libur Tahun Baru Imlek di Beijing di tengah wabah virus corona. (Xinhua/Ren Chao)

1. Kasus Nomor 1: perempuan, 31 tahun, sudah sembuh

2. Kasus Nomor 2: perempuan, 64 tahun. Dalam proses tes ulang setelah perawatan.

3. Kasus Nomor 3: 33 tahun, influenza, tunggu hasil tes kedua. sudah sembuh

4. Kasus Nomor 4: 34 tahun, influenza.

5. Kasus Nomor 5: 55 tahun, kondisi stabil, tidak demam, tidak batuk, tidak pilek.

6. Kasus Nomor 6: ABK Diamond Princess, 36 tahun, sembuh.

7. Kasus Nomor 7: perempuan, 59 tahun, kondisi stabil.

8. Kasus Nomor 8: laki-laki, 56 tahun, sudah bisa napas spontan setelah sebelumnya menggunakan ventilator.

9. Kasus Nomor 9: perempuan, 55 tahun, kondisi sakit ringan-sedang.

10. Kasus Nomor 10: laki-laki, 29 tahun, tunggu hasil tes kedua. Hasil tes pertama negatif.

11. Kasus Nomor 11: perempuan, 54 tahun, kondisi: stabil.

12. Kasus Nomor 12: laki-laki, 31 tahun, kondisi sakit ringan-sedang.

13. Kasus Nomor 13: perempuan, 16 tahun.

14. Kasus Nomor 14: laki-laki, 50 tahun, imported case, sembuh.

15. Kasus Nomor 15: perempuan, 43 tahun, imported case.

16. Kasus Nomor 16: perempuan, 17 tahun, imported case.

17. Kasus Nomor 17: laki-laki, 56 tahun, imported case.

18. Kasus Nomor 18: laki-laki, 55 tahun, imported case.

19. Kasus Nomor 19: laki-laki, 40 tahun, imported case, sembuh.

20. Kasus Nomor 20: perempuan, 70 tahun, subklaster Jakarta.

21. Kasus Nomor 21: perempuan, 47 tahun, subklaster Jakarta.

22. Kasus Nomor 22: perempuan, 36 tahun, imported case.

23. Kasus Nomor 23: perempuan, 73 tahun, menggunakan ventilator, kondisi stabil, imported case.

24. Kasus Nomor 24: laki-laki, 46 tahun, imported case.

25. Kasus Nomor 25: perempuan, 53 tahun, meninggal dunia, WNA, imported case.

26. Kasus Nomor 26: laki-laki, 46 tahun, kondisi stabil, WNA, imported case.

27. Kasus Nomor 27: laki-laki, 33 tahun, kondisi stabil, subklaster Jakarta.

28. Pasien Nomor 28: laki-laki, 37 tahun, sakit ringan sedang, imported case.

29. Pasien Nomor 29: laki-laki 51 tahun, sakit sedang, tidak sesak, imported case.

30. Pasien Nomor 30: laki-laki, 84 tahun, sakit sedang, imported case.

31. Pasien Kasus Nomor 31: perempuan, 48 tahun, sakit ringan sedang, imported case.

32. Kasus Nomor 32: laki-laki, 45 tahun, kondisi sakit ringan sedang, imported case.

33. Kasus Nomor 33: laki-laki, 29 tahun, sakit ringan sedang, imported case.

34. Kasus Nomor 34: laki-laki, 42 tahun, sakit ringan sedang imported case.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya