Minat Bangun Startup, Penuhi Dulu 6 Hal demi Pikat Hati Investor

Pertumbuhan positif ekonomi kreatif dan sorotan pemerintah ini pun sejalan dengan proyeksi investasi para investor.

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Mar 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Di tengah kondisi perekonomian global saat ini, sektor ekonomi kreatif menjadi salah satu sorotan pemerintah guna mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Hal tersebut didasari kontribusi ekonomi kreatif menurut data dari OPUS Ekonomi Kreatif 2019, yang mencapai Rp 1,105 triliun terhadap PDB Nasional.

Tahun ini pun, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional diperkirakan meningkat di angka 7,44 persen.

Pertumbuhan positif ekonomi kreatif dan sorotan pemerintah ini pun sejalan dengan proyeksi investasi para investor.

Devina Halim, Investment Associate East Ventures, berbagi pengalaman dan insight terkait perubahan tren investasi bagi para pelaku usaha rintisan (startup).

Lima tahun lalu, saat ekonomi digital Indonesia sedang bertumbuh, investor fokus melakukan penanaman modal pada startup yang mengedepankan pemanfaatan teknologi canggih dalam menjual jasa yang diberikan, seperti e-commerce, ride hailing, dan lainnya.

"Kini, investor mulai mengeksplor sektor bisnis lainnya yang diproyeksi dapat memberikan kontribusi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia, misalnya F & B, kesehatan, ritel, perfilman maupun animasi," ujar dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/3/2020).

Namun dengan kondisi perekonomian yang sedang bergejolak ini, investor pun sangat berhati - hati dalam menanamkan modal kepada para pemilik usaha.

Adapun beberapa komponen lain yang menjadi pertimbangan utama investor untuk menanam modal, antara lain:

1. Target pasar

Pemilik usaha harus memetakan serta memiliki target pasar yang jelas dan peminat yang sesuai dengan produk.

2. Skalabilitas

Memetakan strategi skalabilitas yang tepat guna memastikan pemilik usaha dapat meraup profit dengan usaha dan biaya yang efisien. Misal di sektor F & B, salah satu tantangan terbesarnya adalah menentukan lokasi yang tepat untuk menyasar target pasar produk tersebut.

Rasio pengembalian investasi (RoI)Hal yang perlu dijalankan pelaku usaha adalah melakukan efisiensi di berbagai lini tanpa menghambat perkembangan usaha, misalnya menekan biaya produksi, atau gaji karyawan.

Selain itu, pebisnis juga perlu menemukan solusi agar pola distribusi bisa lebih efisien dan tepat sasaran. Pada akhirnya, beban usaha akan menyusut dan bisa menghasilkan laba yang maksimal serta dengan rasio RoI yang tinggi.

 

 


3. Tim perusahaan yang produktif

Ilustrasi Startup - Kredit: rawpixel via Pixabay

Investor akan sangat tertarik dengan tim manajemen yang saling melengkapi dalam berbagai lini kerja. Misalnya, ada yang berjiwa pemimpin dan mampu membawa perusahaan dalam visi jangka panjang, ada anggota tim yang cakap menjalankan marketing, dan anggota tim yang mahir dengan perkembangan teknologi.

4. Mampu menghadapi persaingan

Perusahaan harus memiliki strategi untuk tetap bertahan di sektor industri yang digeluti dan memenangkan persaingan dengan kompetitor lain.

5. Adaptasi dengan tren yang berkembang

Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi dengan perubahan dari satu tren ke tren lain yang sangat cepat. Baik dari sektor industri maupun perubahan teknologi yang membuat semua hal mengarah pada efisiensi.

Untuk itu, perusahaan harus mampu beradaptasi dengan tren yang terus berkembang. Kecanggihan teknologi saat ini dapat mengambil peran dalam pertumbuhan usaha.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya