Liputan6.com, Jakarta - Hacker dikabarkan memanfaatkan ketakutan masyarakat atas virus corona untuk melakukan kejahatan siber.
Dalam kasus ini, pandemik Covid-19 dipakai oleh sejumlah hacker mengirimkan dokumen untuk mendapatkan keuntungan dari korban.
Rupanya, hacker menggunakan dokumen dan aplikasi penting untuk mengeksekusi malware ke korbannya. Misalnya saja peta, dokumen laporan, bahkan website kesehatan untuk memonitor Covid-19.
Baca Juga
Advertisement
Karena penyebaran virus corona kini menjadi pandemik di seluruh dunia, informasi mengenai virus corona ini jadi hal begitu dinanti-nanti. Hal ini dimanfaatkan oleh hacker, termasuk juga penipuan online.
Kelompok hacker yang memanfaatkan ketakutan atas virus corona misalnya Vicious Panda yang berbasis di Tiongkok. Perusahaan teknologi Check Point menyebut, kelompok Vicious Panda merupakan ancaman bagi keamanan web.
Mengutip Tech Times, Sabtu (14/3/2020), Vicious Panda memalsukan dokumen yang kelihatannya berasal dari Mongolian Health Industry. Dokumen yang seolah resmi ini memungkinkan hacker mengakses riabuan perangkat. Para hacker pun kabarnya berhasil mendapat informasi sensitif dan pribadi dari korban mereka.
Head of Intelligence Checkpoint Lotem Finkelsteen menyebut, pandemik Covid-19 tidak hanya jadi ancaman bagi orang tetapi juga jadi ancaman online.
Untuk itu, Finkelsteen menyebut, masyarakat juga harus hati-hati pada dokumen palsu mengenai virus corona yang beredar online.
Hacker Gunakan Banyak Cara
Hacker menggunakan banyak cara untuk membuat orang membuka pintu terhadap malware. Salah satu umpannya adalah menyuntikkan malware ke dokumen dan mengirimkannya ke banyak orang.
Hacker kemudian membagikan dokumen palsu berisi malware itu. Pada saat bersamaan, masyarakat tengah haus akan informasi tentang virus corona dan mengunduh dokumen palsu itu.
FireEye melaporkan, hacker Rusia menargetkan korban yang berasal dari Ukraina. Sementara, Korea Utara menarget korban di Korea Selatan.
Advertisement
3 Persen Terinfeksi Malware
CheckPoint melaporkan, lebih dari 4.000 website di dunia terkait virus corona dan informasi publik, di mana 3 persennya terinfeksi malware.
Strategi lain yang dipakai penjahat siber adalah spearsphishing. Di mana, hacker menyuntik email mereka dengan malware dan virus. Malware ini mulai kemudian akan menginfeksi perangkat pengguna.
Sejumlah negara seperti Indonesia, Jepang, dan negara-negara Asia lain menjadi sasaran laporan WHO di dalam email para hacker.
Sebagian orang langsung saja percaya sehingga kasus kejahatan di dunia maya meningkat.
(Tin/Ysl)