Liputan6.com, Ternate - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara akhirnya menemukan penyebab ikan-ikan mati secara misterius di Perairan Pulau Ternate dan Halmahera Selatan yang terjadi apda akhir Februari lalu. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Buyung Radjiloen, mengatakan hasil uji laboratorium ikan mati mendadak tersebut disebabkan adanya ledakan plankton atau Harmful Algal Bloom.
"Jadi penyebabnya bukan mati karena pencemaran limbah di laut," kata Buyung, Jumat 13 Maret 2020.
Menurutnya, hasil tes secara fisik organoleptic ini belum disertai hasil uji lab dari sampel air laut yang dibawa ke Jakarta. Yang saat ini belum keluar laporannya dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, warga di Maluku Utara sempat dihebohkan dengan penemuan sejumlah ikan dan mamalia laut yang mati secara misterius. Kematian ikan dan mamalia laut itu disertai warna air laut yang berubah coklat kemerahan.
Peneliti Perikanan dan Kelautan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia atau Bakti, M Ghufran H Kordi menjelaskan, ledakan plankton khususnya fitoplankton (yang lebih populer dikenal dengan nama Harmful Algal Bloom) atau HAB itu, adalah istilah generik yang digunakan untuk mengacu pada pertumbuhan lebat fitoplankton di laut maupun di perairan payau.
Penulis buku tentang kelautan dan perikanan Indonesia itu menyatakan, pertumbuhan lebat fitoplankton tersebut yang menyebabkan kematian massal ikan.
Ghufran menambahkan, fenomena ini dikenal dengan red tide untuk menggambarkan ledakan populasi fitoplankton yang dapat mengubah warna air laut tersebut.