Liputan6.com, Kepulauan Sula - Sedikitnya 100 pelajar SMK Negeri 1 Mangoli di Kecamatan Mangoli Utara Timur, Kepulauan Sula, Maluku Utara, harus melepas sepatu dan mengangkat celana setiap kali mereka berangkat dan pulang dari sekolah. Bagaimana tidak, mereka harus bertaruh nyawa untuk menyebrangi sungai demi bisa sampai ke sekolah yang berada di desa tentangga yakni Desa Kawata.
Erva Umasugi, salah seorang warga Desa Kawata menceritakan, kondisi yang dialami para siswa ini telah berlangsung sejak SMK Negeri 1 Mangoli dibuka. Hingga sekarang tidak ada akses jembatan penghubung untuk siswa yang berada desa tetangga.
"Untuk pelajar SD dan SMP mereka bersekolah di Desa Kawata. Sementara pelajar SMK ini yang berasal dari Desa Kawata harus seberangi sungai kalau ke sekolah. Ini karena sekolah SMK tersebut berada di kampung sebelah, yang aksesnya harus melewati Sungai Kawata," kata Erva, kepada Liputan6.com, Jumat, 13 Maret 2020 sore.
Baca Juga
Advertisement
Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba pernah berkunjung ke sana, saat pelaksanaan kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur periode saat ini. Saat itu ia berjanji akan membangun jemabatan sebagai penghubung antar desa.
"Pak gubernur janji akan bangun jembatan penghubung untuk para siswa SMK ini. Namun janji tersebut (sampai terpilihnya Gani Kasuba) hingga sekarang belum realisasi," ujarnya.
Padahal jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh warga. Kebanyakan orangtua siswa merasa khawatir dengan keselamatan anaknya apalagi saat musim hujan tiba.
"Orang tua siswa dan guru-guru yang tinggal di Desa Kawata ingin ada jembatan. Supaya hujan deras dan banjir, para siswa dan guru di SMK ini bisa lewat jembatan," Erva berharap.
Erva mengatakan bahwa Sungai Kawata merupakan sungai aktif yang dialiri air setiap saat. Namun, di kala hujan melanda, warga dan para pelajar setempat mulai was-was karena arus akan berubah menjadi lebih deras dari biasanya.
"Itu yang ditakutkan, kalau tidak hujan tidak apa-apa karena airnya pelan," ujar Erva.
Menyeberangi sungai itu merupakan jalur terdekat untuk para siswa bisa segera sampai ke sekolah. Itulah mengapa warga sangat berharap jembatan penguhubung antar desa segera dibangun.
"Biar musim hujan me dorang (para siswa) tetap ke sekolah," ucap Erva.
Kata Gubernur Maluku Utara
Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani, enggan berkomentar banyak ihwal ratusan siswa dan guru yang terpaksa harus bertaruh nyawa setiap kali berangkat ke sekolah di Kepulauan Sula.
"Nanti saya cek lagi," kata Gani sambil berlalu memasuki rumah mewah yang berada di Kelurahan Takoma, Kecamatan Ternate Tengah, Sabtu malam, 7 Maret 2020.
Kondisi yang dialami pelajar Desa Kawata ini juga dialami 3 siswi dan seorang guru di Desa Trans Mandafuhi, Kecamatan Mangoli Utara, Kabupaten Kepulauan Sula. Sebelumnya, di desa ini sempat viral gara-gara 3 siswi dan seorang guru itu nyaris terseret arus sungai.
Dalam video yang diberikan warga kepada Liputan6.com, memperlihatkan keempat orang itu sedang menyeberangi sungai dan basah-basah bercebur ke dalam air saat hujan deras.
Tampak seorang guru tersebut mengenakan pakaian dinas dan dua siswi diantaranya mengenakan seragam sekolah saat basah-basah menyeberangi sungai di desa itu.
Saksikan juga video pilihan berikut:
Advertisement