Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, pamor jamu kembali mengemuka usai Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus positif virus corona baru di Indonesia. Kewaspadaan pada virus corona membuat masyarakat mulai mencari berbagai pengobatan alternatif guna menangkal penyebaran virus tersebut, termasuk dengan mengonsumsi obat hingga jamu tradisional.
Bahkan, Jokowi yang memang sudah lama menyukai jamu, sekarang mengaku lebih sering meminum olahan rempah khas Indonesia ini untuk lebih menjaga kesehatannya setelah virus corona merebak di Indonesia.
Jamu sudah lama dikenal sebagai minuman kesehatan dari Indonesia yang berkhasiat mencegah, dan menyembuhkan berbagai penyakit. Jamu disajikan dengan berbagai jenis, mengingat di Indonesia memiliki tanaman herbal berjumlah cukup banyak.
Setiap daerah mempunyai jenis jamu yang berbeda, menyesuaikan dengan tanaman herbal yang tumbuh di daerahnya. Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, mempunyai kebiasaan minum jamu yang sebagian terbuat dari tanaman empon-empon, yaitu kencur, kunyit, dan temu lawak.
Sedangkan, jahe lebih sering dikonsumsi sebagai minuman hangat. Lalu sejak kapan minuman kesehatan ini ada di Indonesia?
Baca Juga
Advertisement
Menurut Prof Dr. Ir Murdijati Gardjito, seorang pakar kuliner yang juga Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada (UGM), bangsa Indonesia sudah membuat jamu sejak ribuan tahun lalu. Hal itu terbukti adanya gambar-gambar pada relief Candi Borobudur serta penjelasan dalam naskah-naskah kuno tentang penyembuhan dan pengobatan orang sakit.
"Jamu ini termasuk kearifan lokal, pengetahuan asli Indonesia. Buktinya banyak, sekali, salah satunya ada di relief Candi Borobudur yang berarti sudah ada dari abad ke delapan, itu di masa dinasti Syailendra," ucap Murdijati saat dihubungi Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat, 13 Maret 2020.
"Jadi di relief Karmawibhangga digambarkan ada orang yang kepalanya sakit dan dipijat orang, dengan orang lain memegang mangkok seperti ramuan. Relief lainnya menggambarkan orang sakit tersebut sembuh," lanjut wanita yang tinggal di Yogyakarta ini.
Ia menambahkan, pengetahuan tentang jamu merupakan pengetahuan asli masyarakat Indonesia yang diwariskan dari generasi ke generasi, dikaji dari pengalaman dan dipercaya memberikan manfaat yang berguna dalam menjaga kesehatan masyarakat. Menurut wanita yang akrab disapa Bu Mur ini, bukti lainnya adalah Serat Centhini.
Di buku tersebut tercatat berbagai penyakit dan keluhan kesehatan dan obat untuk mengatasinya. Orang Jawa juga punya primbon Betaljemur Adamakna, yang memuat mengenai jamu. Dari catatan pribadi juga banyak, bukan cuma masyarakat tapi juga bangsawan seperti putri keraton atau sultan.
Ditambah catatan orang China dan Belanda yang datang ke Indonesia dan mendokumentasikan jamu semakin menguatkan bahwa jamu adalah produk asli Indonesia. Lalu ada wanita Belanda Jans Kloppenburg-Versteegh mengamati perilaku dalam kehidupan masyarakat Jawa yang menyembuhkan penyakit dengan memakai ramuan bahan tradisional dari tanman dan hewan di lingkungan sekitar.
Ia mencatat lebih dari seribu jenis tanaman berkhasiat dan membuat buku dengan 1.467 resep pengobatan tradisional dengan bahan alami untuk berbagai macam penyakit seperti sakit kulit, sariawan, diare, ginjal dan diabetes.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Orang Indonesia Harus Bangga
Selain itu, banyak kitab-kitab yang berisi tentang obat-obatan tradisional serta beberapa lontar yang ada di beberapa wilayah Nusantara. "Ya memang lebih banyak di Jawa. Tapi jangan salah selain ada Jamu Jawa, ada Jamu Madura, Jamu Kalimantan, bahkan ada Jamu Papua. Jamu ini sudah tersebar di seluruh Nusantara, dari Aceh sampai Papua," terang Bu Mur.
"Jamu ini minuman asli dan unggulan Indonesia yang tidak ada duanya, satu-satunya di dunia. Seharusnya orang Indonesia bangga dengan jamu, kita harus melestarikan jamu. Pemerintah juga harus memperhatikan hal ini, jangan sampai jamu diklaim oleh negara lain karena setahu saya Malaysia juga sudah lama mengembangkan jamu di negara mereka," sambung wanita kelahiran 21 Maret 1942 ini.
Jamu, menurut Murdijati, adalah penjaga kesehatan bangsa yang bahan-bahannya didapat langsung di lingkungan tempat tinggal orang Indonesia. Perkembangan jamu semakin pesat setelah tumbuhnya industri jamu dengan munculnya berbagai produsen jamu di Indonesia di awal 1900an, mulai dari Nyonya Meneer, Jamu Jago, Air Mancur, Borobudur, Sido Muncul dan masih banyak lagi.
Sejak itu, jamu dijual di berbagai toko obat dalam kemasan sachet. Jamu seperti ini harus dilarutkan dalam air panas terlebih dahulu sebelum diminum. Pada perkembangan selanjutnya jamu juga dijual dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul dan cairan siap minum tanpa harus diseduh. Bahkan belakangan ini mulai tumbuh kafe-kafe jamu di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di Jakarta.
"Sejak ada industri jamu, makin banyak produsen jamu seperti Air Mancur, Nyonya Meneer, Jamu Jago dan Sido Muncul. Sekarang ini yang paling berkembang Sido Muncul, mereka ini terkenal lewat produk Tolak Angin yang sudah sampai ke luar negeri," tutur Bu Mur.
Selain dijual di toko, di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman yang sehat dan menyegarkan.
Penulis buku “Jamu Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa Asli Indonesia” bersama dengan Eni Hamayani dan Kamila Indraputri Suharjono ini pun berharap para penjual jamu dan jamu itu sendiri lebih dihargai dan diberi kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan untuk pembuatan jamu.
"Saya berharap bahan-bahan untuk pembuatan jamu yang umumnya berasal dari berbagai tanaman ini tidak dijual dengan harga tinggi sehingga harga jamu tetap bisa terjangkau dan tentunya bisa terus lestari di Indonesia dan tetap jadi kebanggaan kita semua. Apalagi saat ada wabah corona sekarang ini, kita kembali diingatkan kalau kita punya jamu yang bisa dibanggakan," tutupnya.
Advertisement
Fakta Menarik Seputar Jamu Keliling
Penjual jamu gendong atau jamu keliling banyak kita jumpai di berbagai tempat di Indonesia. Anda mungkin termasuk orang yang sering atau pernah mengonsumsi jamu lewat penjual jamu keliling.
Meski sekarang lebih sering dijumpai penjual jamu dengan motor atau sepeda, filosofinya tetap sama. Minimal ada delapan jenis jamu yang dijual oleh mereka, dan ternyata delapan jamu tersebut mewakili filosofi penyembuh.
Menurut Murdijati Gardjito, orang Jawa itu percaya kalau penyakit datang dari segala penjuru. Delapan jamu itu mewakili obat untuk delapan arah mata angin yang membawa penyakit. Apa saja delapan jenis jamu tersebut?
1. Beras Kencur
Beras kencur termasuk minuman jamu yang sangat populer dan banyak disukai. Beras kencur bermanfaat menghangatkan tubuh dan melancarkan sirkulasi darah.
2. Kunyit Asam
Jamu yang terdiri dari kunyit dan asam jawa ini bisa meningkatkan daya tahan tubuh, membantu menurunkan berat badan, meredakan nyeri haid dan mengatasi infeksi.
3. Jamu Pahitan
Sesuai namanya, jamu ini terdir dari aneka daun pahit seperti sambiloto atau brotowali yang berfungsi untuk detoksifikasi. Jamu ini juga mengandung antioksidan yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh dari berbagai macam penyakit.
4. Jamu Watukan
Dari namanya sudah bisa ditebak kalau jamu watukan biasa digunakan untuk meredakan bantuk dan meriang.
5. Jamu Cabe Puyang
Bahan utama dari jamu ini berupa cabe jawa dan puyang atau lempuyang. Jamu cabe puyang bisa untuk mengatasi pegal linu dan kecapekan, melancarkan peredaran darah dan menjaga kesehatan kulit.
6. Jamu Galian Singset
Jamu ini sudah sangat dikenal dan disukai kaum hawa. Selain untuk melangsingkan badan, jamu ini juga berkhasiat menjaga kesehatan organ kewanitaan.
7. Jamu Kuat
Jamu Kuat atau sering disebut juga Jamu Sehat Pria tentunya lebih populer bagi kaum adam. Jamu ini bisa untuk menambah vitalitas dan stamina pria.
8. Jamu Leruh Kencur
Jamu ini bisa untuk membersihkan racun dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit.