Liputan6.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Jumat 13 Maret 2020, bahwa Eropa sekarang adalah "pusat" untuk pandemi global Virus Corona dan memperingatkan bahwa tidak mungkin untuk mengetahui kapan wabah akan memuncak.
Benua Eropa sekarang "lebih banyak melaporkan kasus dan kematian daripada gabungan seluruh dunia, selain dari China," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Eropa sekarang telah menjadi pusat pandemi," katanya di konferensi pers yang diadakan secara virtual untuk menghindari potensi penyebaran virus di kalangan wartawan. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (14/3/2020).
Baca Juga
Advertisement
"Lebih banyak kasus sekarang dilaporkan setiap hari daripada yang dilaporkan di China pada puncak epidemi," katanya, merujuk pada jumlah global.
Virus itu, yang pertama kali muncul di China pada Desember, kini telah menewaskan lebih dari 5.000 orang, dengan kasus di seluruh dunia melampaui 145.000. Ditambah lagi, korban tewas yang melewati angka 5.000 adalah "tonggak tragis", kata Tedros.
Maria Van Kerkhove, yang mengepalai unit penyakit WHO yang baru muncul, sementara itu memperingatkan bahwa "tidak mungkin bagi kita untuk mengatakan kapan ini akan memuncak secara global."
"Kami berharap lebih cepat daripada terlalu lama lagi," tambahnya
Komentar mereka itu dikeluarkan ketika negara-negara di Eropa memperkenalkan langkah-langkah dramatis untuk menghentikan penyebaran virus, termasuk menutup sekolah dan membatasi acara publik.
Tedros mengatakan bahwa sementara apa yang disebut langkah-langkah menjauhkan perkumpulan massa dapat membantu, negara-negara perlu mengambil "pendekatan komprehensif".
"Tidak hanya melakukan pengujian. Tidak hanya melacak kontak. Bukan hanya karantina. Bukan hanya menjauhkan sosial. Lakukan itu semua," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Tedros Minta Negara-Negara Bertindak Tegas
"Anda tidak dapat melawan virus jika Anda tidak tahu di mana itu," kata Tedros, menyerukan kepada negara-negara untuk "menemukan, mengisolasi, menguji dan menangani setiap kasus, untuk memutus rantai penularan."
"Jangan biarkan api ini menyala," katanya.
"Setiap negara yang melihat pengalaman negara lain dengan epidemi besar dan berpikir 'itu tidak akan terjadi pada kita' adalah sebuah kesalahan yang mematikan."
Michael Ryan, yang memimpin program kedaruratan WHO, menekankan bahwa tindakan seperti melarang pertemuan publik "bukanlah obat mujarab".
"Langkah-langkah jarak sosial tidak akan menghentikan pandemi ini," katanya, meskipun beberapa bisa memiliki "dampak positif", tambahnya.
Yang paling penting, katanya, adalah bertindak.
"Kesalahan terbesar adalah tidak bergerak. Kesalahan terbesar adalah dilumpuhkan oleh ketakutan akan kegagalan," katanya.
Organisasi Kesehatan Dunia juga mengumumkan pengumpulan dana baru, yang ditargetkan untuk menarik sumbangan dari perusahaan, organisasi dan individu untuk membantu memerangi pandemi.
Dana Respons Solidaritas COVID-19, yang akan dijalankan oleh Yayasan PBB di Amerika Serikat dan Yayasan Filantropi Swiss, dimulai pada Jumat dengan sejumlah sumbangan jutaan dolar dari Facebook, Google, dan lainnya.
"Kami membutuhkan semua tangan di atas geladak," kata kepala Dana PBB Elizabeth Cousens kepada wartawan.
"Ini belum terlambat, jadi di mana pun Anda tinggal, kami membutuhkan bantuan Anda untuk memerangi virus ini untuk semua komunitas kami."
WHO awalnya memperkirakan bahwa upaya untuk mengendalikan virus akan menelan biaya $750 juta untuk tiga bulan pertama saja.
Scott Pendergast, kepala kedaruratan, strategi, program, dan kemitraan WHO, mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa ketika situasi berevolusi, kemungkinan biaya sebenarnya sampai akhir tahun ini akan membutuhkan "setidaknya peningkatan 10 kali lipat."
Advertisement