BMKG Juanda: Surabaya Berpeluang Hujan pada Siang hingga Sore Hari

BMKG Juanda menyebutkan, sebagian besar wilayah di Surabaya akan alami hujan lokal dengan suhu 33 derajat celsius pada siang hari.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mar 2020, 12:15 WIB
Tugu Pahlawan Merah Putih di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi Surabaya, Jawa Timur alami hujan lokal pada siang hingga sore hari pada Sabtu (14/3/2020).

Mengutip instagram @infobmkgjuanda, Surabaya akan alami hujan lokal pada pukul 13.00 dan 16.00 WIB. Sedangkan pada malam hari pukul 19.00 WIB, Surabaya akan berawan. Pada pukul 22.00 WIB, Surabaya akan berawan.

Suhu di Surabaya akan berada di kisaran 24-33 derajat celsius dengan kecepatan angin 30 KM per jam. Kelembapan udara 65 hingga 95 persen.

Sebagian besar wilayah di Surabaya akan alami hujan lokal dengan suhu 33 derajat celsius pada siang hari. Kelembapan udara 60 persen dengan kecepatan arah angin dari barat 30 KM per jam.

BMKG Juanda juga merilis peringatan dini tiga harian untuk mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang antara pada siang hingga sore hari di Ngawi, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso dan Situbondo.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya