Liputan6.com, Jakarta Labor Institute Indonesia atau Institute Kebijakan Alternatif Ketenagakerjaan Indonesia berpendapat bahwa kebijakan lockdown akan menyebabkan tergerusnya pendapatan kalangan pekerja informal di kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.
Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia Andy William Sinaga menjelaskan, pekerja informal adalah pekerja yang menggantungkan nasibnya akan pendapatan harian. Sebagai contoh, lebih kurang 2 juta pekerja transportasi online seperti taksi dan ojek online akan tergerus pendapatannya.
Advertisement
Kemudian para pedagang kaki lima, dan buruh harian lepas (BHL) di perusahaan sektor jasa dan perdagangan juga akan mengalami penurunan pendapatan. "Lockdown akan menyebabkan proses produksi terhenti dan dapat menyebabkan instabilitas sosial dan ekonomi," jelas dia Minggu (15/3/2020).
Untuk itu Labor Institute Indonesia menghimbau agar pemerintah hati-hati mengambil kebijakan, harus dipikirkan dampak negatif kebijakan lockdown tersebut. Kalau kebijakan lockdown ini dibuat, perlu ada kompensasi juga bagi kalangan pekerja yang mendapat upah harian, dan lembur.
"Apa jadinya kalau perusahaan yang memproduksi atau mengolah kebutuhan pokok ikut lockdown, akan membuat masyarakat kesulitan mendapatkan hasil produksi kebutuhan bahan pokok tersebut," jelas dia.
Labor Institute Indonesia menghimbau agar upaya preventif diberlakukan seperti setiap perusahaan atau pabrik menyediakan masker, penyemprotan cairan disinfektan disekitar pabrik, dan gel antiseptik.
Labor Institute Indonesia juga menghimbau agar kalangan pekerja dapat mengkonsumsi susu, makanan yang mempunyai kadar vitamin dan protein yang tinggi guna meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang virus Corona.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tempat Wisata Ditutup, Anies Tegaskan Jakarta Tidak Lockdown
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerangkan bahwa Ibu Kota tidak mengambil langkah lockdown. Namun, dia meminta masyarakat lebih membatasi diri dari melakukan kegiatan di luar rumah.
"Jakarta tidak melakukan lockdown. Tetapi Jakarta meminta kepada seluruh warganya. Kami memberikan seruan kepada seluruh masyarakat, sebisa mungkin mengurangi kegiatan di luar rumah kecuali yang urgen. Belanja kebutuhan pokok, harus ada pemeriksaan medis, atau kebutuhan-kebutuhan penting lainnya. Bila tidak penting, bila tidak produktif, di rumah dulu," tutur Anies di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Menurut Anies, ini salah satu langkah penting untuk mencegah penularan virus corona. Terlebih, hampir di seluruh wilayah Jakarta ada kasus terkait virus corona.
"Ini dari gambaran ini sudah terbayang, bahwa hampir semua kecamatan ada kasus sekarang. Maka saya akan sampaikan kepada seluruh masyarakat Jakarta untuk memprioritaskan kegiatan di rumah dan di pemukiman sekitar. Kurangi kegiatan di tempat-tempat yang ramai," jelas dia.
Langkah ini, lanjut Anies, menjadi kerangka yang biasa disebut sebagai Social Distancing Major. Hal tersebut sudah menjadi terminologi baku dalam persoalan virus corona atau covid-19.
"Kami menyadari Social Distancing Major ini makin efektif bila kita mengetahui di mana saja orang-orang yang confirm positif Covid-19," kata Anies.
Advertisement