Liputan6.com, Jambi - Pepohonan tumbang yang berubah menghitam menjadi arang masih berserakan di Hutan Harapan yang berada di kawasan Sungai Jerat, Kabupaten Batanghari, Jambi. Tak jauh dari kawasan itu juga berubah menjadi semak belukar dan tegakan pohon yang semakin berkurang.
Hutan Harapan yang tengah direstorasi itu pada September 2019 lalu dilantak api akibat ulah kelompok penggarap hutan ilegal yang memanfaatkan kondisi kemarau untuk membuka kawasan hutan. Waktu itu selama 53 hari berturut-turut petugas pemadaman berjibaku memadamkan api yang membakar ratusan hektare kawasan.
Kini kawasan hutan tersebut sedang dipulihkan dengan cara penanaman pohon kembali. Ini dilakukan agar pepohonan di Hutan Harapan masih terus menjadi harapan bagi kehidupan di dalamnya.
Pagi itu, Sabtu (14/3/2020) seratusan massa dari lintas generasi di Jambi, berbondong-bondong ke kawasan itu untuk melakukan aksi penanaman pohon. Sebagian besar massa dari generasi kiwari itu terus mendengungkan yel-yel tentang konservasi di tengah hutan yang mengalami kritis berat.
Baca Juga
Advertisement
Dalam aksi penanaman pohon itu, saya sengaja mengikuti generasi kiwari. Dengan mengenakan atribut dari masing-masing komunitasnya, generasi kiwari itu bergerak menyusuri pancang-pancang, menggotong bibit hingga membuat lubang sendiri, lalu menanam. Secercah harapan mereka tanam di kawasan Hutan Harapan.
"Kita tanam pohon kembali, kita wariskan hutan ini untuk generasi mendatang," kata Presiden Direktur PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki), Mangarah Silalahi sebelum memulai aksi yang bertajuk penanaman 1000 pohon itu.
Untuk memulihkan kawasan Hutan Harapan pascakebakaran itu, manajemen PT Reki total menyiapkan sebanyak 39.000 bibit pohon yang ditanaman di kawasan bekas terbakar. Berbagai jenis bibit pohon yang disiapkan terdiri dari beberapajenis pohon klimaks, di antaranya Bulian, Gaharu, Jelutung, Keruing, Meranti sapat, Merawan, Merbau dan pohon Durian.
Pemilihan bibit pohon ini tidak hanya didasarkan pada kelompok tumbuhpohon, tetapi juga yang berdampak secara ekonomis bagi masyarakat adat Batin Sembilan
"Hutan Harapan adalah hutan dataran rendah tersisa di Sumatera. Semoga apa yang kita tanam hari ini tumbuh dengan baik sehingga generasi mendatang dapat menikmati keindahan hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya,” kata Mangarah.
Sementara itu salah satu peserta yang ikut dalam aksi penanaman pohon itu mengaku, prihatin dengan kondisi hutan saat ini yang masih terus mengalami ancaman. Hutan Harapan menurut dia, harus dijaga supaya memberikan harapan bagi habitat satwa di dalamnya.
"Tadi malam nengok video, Hutan Harapan ini banyak hidup satwa langka. Jadi kalau kita tidak bisa menjaga kasihan satwanya, termasuk masyarakat adat di dalamnya," kata seorang pelajar SMA di Jambi, Rafi.
Ruang Hidup Masyarakat Adat Batin Sembilan
Kawasan Sungai Jerat di Hutan Harapan yang menjadi lokasi penanaman pohon itu adalah salah satu kawasan ruang hidup masyarakat adat Batin Sembilan Kandang Rebo Bawah Bedaro Anak Dalam Guli'an.
Masyarakat adat Batin Sembilan sangat menggantungkan penghidupan mereka pada hasil hutan bukan kayu (HHBK), seperti jelutung dan damar. Mereka mengumpulkan getah dari jenis pohon tersebut untuk kemudian dijual, yang kemudian hasilnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Begitu juga dengan pohon gaharu, masyarakat adat Batin Sembilan memanfaatkannya untuk pengobatan tradisional.
"Dak banyak yang biso kami ucapkan. Kami sangat berterimo kasih kepado semuanyo yang sudah nanam pohon kembali. Hutan iko warisan yang harus kito jago bersamo," kata Tumenggung Batin Sembilan, Rusman.
Pada kemarau tahun lalu, masyarakat adat Batin Sembilan dibuat sedih. Pasalnya kelompok perambah hutan yang membakar hutan. Pohon Sialang yang menjadi habitat lebah menghasil madu di kawasan itu habis ditumbang perambah di kawasan Sungai Jerat.
"Dak ado lagi Pohon Sialang, habis jugo ditebang perambah," kata Rusman.
Kawasan Hutan Harapan termasuk salah satu wilayah hutan tropis Sumatera yang paling terancam di dunia. Upaya penyelamatan sangat penting dilakukan karena di kawasan Hutan Harapan itu mengandung nilai konservasi dan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Selain menjadi ruang hidup masyarakat adat, Hutan Harapan juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati dan satwa dilindungi. Di dalamnya teridentifikasi sebanyak 307 jenis burung, 64 jenis mamalia, 123 jenis ikan, 55 jenis amfibi, 71 jenis reptil dan 917 jenis pepohonan.
Di antaranya Hutan Harapan menjadi habitat penting Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus) dan Beruang madu (Helarctos malayanus).
Selain itu, di kawasan restorasi tersebut, juga menjadi rumah bagi spesies burung Rangkong (Hornbill/Bucerotidae) dan terdapat berbagai jenis Rangkong, seperti jenis Enggang Klihingan (Anorrhinus galeritus/bushy-crested hornbill), Enggang Jambul (Aceros comatus/Berenicornis comatus/white-crowned hornbill).
Namun di balik keberadaan keanekaragaman hayati itu, kini Hutan Harapan sedang mengalami ancaman serius yang tak kunjung usai.
Advertisement
Ancaman Jalan Tambang Belum Usai
Hutan Harapan adalah kawasan restorasi yang dimandatkan kepada PT Reki. Restorasi ini bertujuan untuk pemulihan ekosistem hutan yang mengalami degradasi dan deforestasi. Total luas kawasan Hutan Harapan sekitar 98.555 hektare yang berada di Jambi dan Sumatra Selatan.
Hutan Harapan saat ini mengalami ancaman serius dan sangat kompleks. Ancaman tak hanya datang dari perambah. Namun ancaman itu juga datang pemerintah itu sendiri.
Di saat generasi sekarang, mereka berbondong-bondong menanam pohon untuk menyelamatkan Hutan Harapan. Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) justru dikabarkan telah memuluskan PT Marga Bara Jaya (MBJ) untuk pembangunan jalan khusus angkutan batu bara yang melewati Hutan Harapan.
Rencana PT Marga Bara Jaya (MBJ) untuk membangun jalan khusus pengangkutan batubara melewati Hutan Harapan, yang merupakan hutan tropis dataran rendah tersisa di Sumatera, sudah mencapai tahap akhir. Jalan khusus angkutan tambang batu bara ini akan dibangun melewati kawasan Hutan Harapan yang berada di Kabupaten Musi Banyu Asin, Sumatra Selatan.
Koalisi Anti-perusakan Hutan di Jambi menolak keras pembangunan jalan khusus angkutan batu bara di lokasi Hutan Harapan tersebut. Kegiatan jalan angkut produksi pertambangan justru berpotensi meningkatkan pembalakan liar, perambahan hutan, dan menjadi ancaman terhadap keberlangsungan flora dan fauna.
Pemerintah kata Koalisi Anti-perusakan Hutan harus turut menjaga kawasan hutan, salah satunya dengan cara tidak menyetujui pembangunan jalan khusus tambang yang membelah Hutan Harapan. Sebaiknya, pemerintah pusat dan di daerah bisa mengarahkan pembangunan jalan di luar kawasan hutan.
"Fakta di lapangan yang kita kaji di kawasan itu hutannya relatif sangat baik, jadi kami koalisi masyarakat sipil meminta agar pembangunan jalan tambang harus di luar kawasan hutan," kata Kordinator Koalisi Anti-perusakan Hutan, Musri Nauli beberapa waktu lalu.
Selain merugikan secara materil, pembangunan jalan tambang juga akan merugikan keanekaragaman hayati, satwa liar dilindungi yang hidup di kawasan hutan. Akan kah hutan masih bisa diwariskan untuk generasi kita mendatang di tengah ancaman kerusakan hutan datang bertubi-tubi.