Liputan6.com, Jakarta - Tes corona yang sebenarnya tidak seperti yang diceritakan netizen di media sosial.
Dari cerita-cerita yang ada, mereka mengaku harus merogoh kocek Rp700 ribu terlebih dahulu untuk menjalani serangkaian pemeriksaan.
Advertisement
Pemeriksaannya mencakup cek darah, suhu tubuh, cek berat badan, sampai rontgen baru. Setelah selesai melakukan serangkaian 'tes corona', mereka pun akan memperoleh surat keterangan bebas corona.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, mengatakan serangkaian pemeriksaan seperti itu tidak bisa disebut 'tes corona'.
"Itu tidak spesifik. Itu hanya untuk melihat gejala klinisnya saja. Yang spesifik adalah memastikan ada virusnya atau tidak," kata Amin saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin pagi, 16 Maret 2020.
Menurut Amin, cek darah dan cek tekanan darah bisa digunakan untuk mengecek penyakit yang lain. Tidak secara spesifik menunjukkan adanya Virus Corona.
"Itu kayak medical check up yang bahkan sangat sederhana," kata Amin.
Simak Video Menarik Berikut Ini
Tes Corona yang Sebenarnya Dengan Cara Swab
Amin mengatakan untuk mengecek adanya Virus Corona dengan cara tes swab, yaitu mengambil sampel lendir dari saluran pernapasan.
"Pasien pertama diperiksa. Jika dokter menemukan ada gejala klinis, dilakukan swab ini," kata Amin.
Sampel yang berhasil diambil dari tes swab, lanjut Amin, lalu diuji di laboratorium dengan cara PCR (Polymerase Chain Reaction).
"Jadi, tes corona yang sebenarnya bukan darahnya yang diambil, tapi sampel dari swab," katanya.
"Swab itu artinya mengambil sampel dari belakang hidung. Karena virusnya hidupnya di situ. Menclok pertama kali di situ," Amin menekankan.
Advertisement