Pemerintah China Telusuri Jejak Pasien Pertama yang Terjangkit COVID-19

Pemerintah China dikabarkan sedang menelusuri jejak pasien pertama yang terkena COVID-19 untuk mempelajari virus Corona lebih dalam.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Mar 2020, 11:22 WIB
Pekerja medis berpakaian pelindung menulis pada sebuah tabung setelah mengumpulkan sampel untuk tes asam nukleat dari pasien yang diduga terinfeksi virus corona di hotel yang digunakan dalam isolasi medis virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Selasa (4/2/2020). (Chinatopix via AP)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah China tengah menelusuri jejak pasien pertama yang terinfeksi virus Corona penyebab COVID-19. Diduga, kondisi tersebut telah ada sejak 17 November 2019.

Dalam pemberitaan South China Morning Post, dikutip Senin (16/3/2020), para ilmuwan di Tiongkok dikabarkan sudah memetakan pola penularan awal COVID-19 sejak situasi masih pandemi di Wuhan.

Mereka mencoba mempelajari bagaimana virus Corona menyebar dan menentukan bagaimana kasus yang tidak terdeteksi dan tidak tercatat memiliki kontribusi terhadap metode penularannya. Hal ini demi meningkatkan pemahaman tentang seberapa besar ancaman sesungguhnya.

Dalam data yang diberikan secara terbatas kepada The Post, pemerintah China menyatakan, seorang pria berusia 55 tahun asal Provinsi Hubei, kemungkinan menjadi orang pertama kali berkontak dengan virus Corona SARS-CoV-2 pada tanggal 17 November tahun lalu.

Sejak saat itu, satu sampai lima kasus baru dilaporkan setiap harinya. Pada 15 Desember, jumlah kasus mencapai 27 pasien.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Melacak Pasien Nol

Para pasien yang telah dinyatakan sembuh berjalan keluar dari rumah sakit sementara Wuchang di Wuhan, Provinsi Hubei, 10 Maret 2020. Kelompok terakhir 49 pasien yang telah sembuh dari COVID-19 meninggalkan rumah sakit sementara Wuchang pada Selasa (10/3) sore. (Xinhua/Fei Maohua)

Dalam pernyataan resminya, pemerintah Tiongkok melaporkan pada World Health Organization bahwa kasus pertama yang dikonfirmasi dan telah menjalani diagnosis ada di tanggal 8 Desember 2019.

Saat itu, seorang dokter yang mencoba memperingatkan rekan-rekannya malah dibungkam oleh otoritas setempat.

Pihak berwenang baru mengungkapkan adanya penularan dari manusia ke manusia pada 21 Januari.

Sementara itu, dikutip dari Business Insider Singapore, dalam sebuah publikasi di The Lancet, pasien pertama yang dites dan mendapatkan hasil positif terpapar virus berada pada tanggal 1 Desember.

"Kita tidak tahu siapa pasien nol pertama itu, mungkin di Wuhan, dan itu menyisakan banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana wabah dimulai dan bagaimana penyebaran awalnya," kata Sarah Borwein, dokter di Hong Kong’s Central Health Medical Practice.


Tiga Kemungkinan Skenario pada Kasus Pertama

Warga Wuhan, Provinsi Hubei, berjalan-jalan di luar mengenakan masker. (dok. STR / AFP)

Dikutip dari The Guardian, Jonathan Mayer, proferor emeritus dari Departemen Epidemiology University of Washington, Amerika Serikat, mengatakan setidaknya ada tiga perkiraan pada kasus yang terjadi pada bulan November.

Dia mengatakan kemungkinan: kasus itu tidak terdeteksi pada saat itu, mereka terdeteksi namun tidak dikenali sebagai penyakit baru, atau mereka terdeteksi dan dikenal, tetapi tidak dilaporkan secara terbuka.

"Kita tahu bahwa ada penekanan terhadap laporan awal atas kasus tersebut, dan 'pelapor ditangani dengan buruk. Namun secara adil, tanda dan gejala COVID-19 tidak spesifik dan bahkan sekarang, tanpa tes konfirmasi, mudah untuk keliru dengan penyakit lain," kata Mayer.

"Saya tidak memiliki cara untuk mengetahui mana dari kemungkinan-kemungkinan ini yang sebenarnya terjadi," kata Mayer.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya