Impor Indonesia pada Februari 2020 Turun 18,69 Persen Jadi USD 11,6 Miliar

Dilihat dari penggunaan barang, kinerja impor mengalami penurunan di semua lini.

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Mar 2020, 12:05 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor dan impor Indonesia untuk periode Februari 2020. Nilai impor Indonesia pada Februari 2020 tercatat USD 11,6 miliar.

Angka tersebut turun 18,69 persen jika dihitung secara bulanan atau month-to-month. Sedangkan jika dihitung secara tahunan atau year on year mengalami penurunan  5,11 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menyatakan, impor migas dan non-migas turun secara bulanan atau month-to-month.

"Adapun, impor migas turun 12,05 persen dibanding Januari 2020 dan non-migas turun 19,77 persen dibanding Januari 2020. Secara year-on-year, impor migas naik 10,33 persen dan impor non-migas turun 7,4 persen," kata Yunita dalam telekonferensi di BPS, Senin (16/03/2020).

 


Turun di Semua Lini

Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dilihat dari penggunaan barang, kinerja impor mengalami penurunan di semua lini. Di sektor konsumsi, nilai impor tercatat sebesar USD 0,88 miliar, turun 39,91 persen dibanding Januari 2020 dan turun 12,81 persen dibanding Februari 2019.

Di sektor bahan baku/penolong, impor mencapai USD 8,89 miliar, turun 15,89 persen month-to-month dan turun 1,50 persen year on year.

Di sektor barang modal, nilai impor mencapai USD 1,83 miliar, turun 18,03 persen dibanding Januari 2020 dan turun 16,44 persen dibanding Februari 2019.

"Struktur penggunaan impor paling besar ialah golongan bahan baku atau penolong sebesar 76,63 persen, kemudian golongan barang modal sebesar 15,77 persen dan konsumsi 7,60 persen," ujar Yunita.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya