Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat saat ini tengah mengembangkan aplikasi berbasis adroid dan IOS. Itu adalah aplikasi yang dikembangkan untuk penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona atau Covid-19.
Advertisement
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan nantinya lewat aplikasi itu, masyarakat bisa melapor apabila mengalami atau menemukan orang terdekat, mengalami gejala Covid-19.
"Jadi kalau aplikasi sudah selesai bisa di-download. Warga yang menemukan informasi tinggal sampaikan via HP-nya tanpa harus menelepon atau ngecek website. Kemudian juga blasting informasi dari kami harian, update, sebaran, itu akan ada di aplikasi Covid-19 Jawa Barat ini," jelas pria yang akrab disapa Kang Emil, saat menggelar konferensi pers terkait penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19 di Gedung Pakuan, Kota Bandung pada Minggu (15/3).
Kang Emil menuturkan, aplikasi tersebut menjadi bukti bahwa Pemda Provinsi Jabar transparan dalam melaporkan kondisi Covid-19 di Jabar. Saat ini, tim Jabar Digital Service (JDS), kata Kang Emil sedang membangun aps-nya.
"Insya Allah kesimpulannya adalah dengan segala dinamikanya kami sangat siap. Jadi, warga tidak perlu khawatir. Memang berita banyak yang meresahkan, tapi kami sangat optimistis dengan pola cepat tanggap, proaktif, responsif dengan teknologi dan koordinasi melalui satu pintu (Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar atau Pikobar) ini, Insya Allah Jawa Barat bisa mengendalikan dengan cara yang sebaik-baiknya," jelas Kang Emil.
Tes Tidak Tunggu Bergejala
Untuk mencegah penularan Covid-19, Kang Emil juga mendorong masyarakat untuk melakukan tes proaktif bagi warga yang memiliki riwayat kontak dengan pasien positif atau telah bepergian dari negara terjangkit Covid-19.
Untuk tes proaktif ini, UPTD Laboratorium Kesehatan (Labkes) Jabar berkoordinasi dengan Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Hasil tes pun, kata Kang Emil, bisa diketahui dalam waktu empat sampai lima jam melalui dua tahapan teknis pemeriksaan per orang.
"Mulai kemarin kami sudah melakukan tes proaktif. Jadi tidak menunggu dulu orang bergejala, masuk rumah sakit baru dicek. Hasilnya positif atau negatif (diserahkan) ke pemerintah pusat," katanya.
Tak hanya itu saja, Kang Emil juga menegaskan bahwa pihaknya melakukan tes proaktif melalui labkes Jawa Barat yang berkoordinasi dengan Fakultas Kedokteran Unpad dan Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB.
"Itu sudah kami lakukan kepada mereka yang terpantau dan mereka yang tidak bergejala juga tapi patut diwaspadai untuk dites, salah satunya adalah klaster para perawat tenaga medik yang merawat pasien positif."
Tenaga kerja asing (TKA) dan keluarga dari pasien juga ikut di tes. "Kita doakan juga mudah-mudahan tidak ada yang positif. Tapi kalau ada yang positif berarti terjadi peredaran bukan hanya di orang-orang yang bergejala saja," imbuhnya.
Advertisement
ODP dan PDP di Jabar
Untuk mencegah penularan yang lebih luas lagi, Pemda Provinsi Jabar melakukan penelusuran, dengan mengeluarkan surat edaran terkait peningkatan kewaspadaan terhadap risiko penularan Covid-19 kepada seluruh Orang Dalam Pemantauan (ODP).
"Penyelenggaraan yang berdampak pada pengumpulan massa juga studi banding ke dalam maupun ke luar negeri, seminar dan kegiatan sejenis lainnya supaya ditunda," ucap Kang Emil.
Di kesempatan yang sama, Kang Emil juga menyampaikan perkembangan terkini terkait ODP dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang ada di Jabar.
Pada Minggu (15/3) pukul 09.30 WIB, ODP di Jabar berjumlah 706 orang, 448 orang di antaranya masih dalam tahap pemantauan dan 258 orang telah selesai melakukan isolasi pribadi.
Sementara PDP berjumlah 82 orang, 28 orang di antaranya masih dalam proses pengawasan dan 54 orang telah dinyatakan negatif. Hingga kini jumlah pasien positif Covid-19 di Jabar berjumlah 7 orang.
(*)