Liputan6.com, Jakarta Beberapa pemerintah daerah telah meliburkan sekolah untuk melindungi anak-anak dari tertular serta menularkan COVID-19 ke orang lain. Situasi ini bukan berarti orangtua boleh mengajak mereka pergi liburan ke tempat-tempat hiburan.
"Kita sudah melakukan sekolah ditutup, kantor-kantor, pemerintahan juga tidak perlu masuk, juga ditutup. Namun kesempatan ini bukan diartikan (karena) tidak sekolah, tidak ke kantor, tapi jalan-jalan," kata dokter spesialis anak Hartono Gunardi di Jakarta, ditulis Selasa (17/3/2020).
Advertisement
Maka dari itu, Hartono meminta masyarakat untuk tetap tinggal di dalam rumah selama dua minggu dan tidak perlu keluar tanpa alasan yang jelas atau darurat.
Hartono mengatakan, salah satu alasan mengapa seseorang untuk menjaga jarak fisik dari orang lain adalah karena tidak semua orang yang terkena COVID-19 tidak memberikan gejala.
"Jadi harus disampaikan, dua minggu ini, jangan dipakai untuk jalan-jalan. Apalagi bawa anak-anak mengunjungi keluarga di luar kota, di luar Jakarta. Nanti kita bisa menyebarkan virus ini kemana-mana," kata Hartono menambahkan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Libur Bukan Berarti Main ke Warnet
Pada hari Senin kemarin, dalam konferensi persnya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga mengatakan bahwa belajar dari rumah bukan berarti pelajar bisa bepergian ke tempat-tempat keramaian.
"Jangan sampai, kita harapkan, pelajar diliburkan tetapi justru malah bermain ke warnet. Bermain ke tempat-tempat yang banyak kerumuman orang. Saya rasa penjelasan seperti ini harus terus dilakukan," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat.
Sehingga, Jokowi mengajak agar guru selama dua minggu ke depan bisa secara efektif melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari rumah menggunakan layanan yang tersedia.
"Kalau ini bisa efektif, saya yakin akan mengurangi banyak sekali mobilitas para pelajar, mahasiswa, dan mengurangi penyebaran COVID-19," pungkas mantan Wali Kota Solo ini.
Menurut Hartono, pembatasan jarak sosial jika dilakukan dengan baik bisa menekan penyebaran virus corona. "Jadi social distancing ini atau dalam bahasa Indonesianya pembatasan sosial ini berjalan dengan baik, maka efektivitasnya bisa mirip dengan lockdown," ujarnya.
Advertisement