Berseteru Perang Dagang, Miliarder China Jack Ma Kirim Bantuan Masker ke AS

MIliarder China Jack Ma mengumumkan pengiriman pertama masker wajah dan kit uji virus corona yang disumbangkannya ke AS.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Mar 2020, 11:50 WIB
Pendiri Alibaba Group Jack Ma dalam diskusi panel “Disrupting Development” Pertemuan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali pada Jumat (12/10). Jack Ma hadir membahas digital ekonomi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder China sekaligus Pendiri grup Alibaba, Jack Ma, membuat akun twitter untuk pertama kalinya dan mengumumkan pengiriman pertama masker wajah dan kit uji coronavirus jenis baru atau Covid-19 yang disumbangkannya tengah dalam perjalanan menuju Amerika Serikat.

"Pengiriman pertama masker dan alat uji coronavirus ke AS bertolak dari Shanghai. Semua yang terbaik untuk teman-teman kami di Amerika," cuit pertama Jack Ma di Twitter (16/03/2020).

Sebelumnya, Jack Ma Foundation dan Alibaba Foundation mengumumkan telah mempersiapkan 500 ribu unit alat tes virus corona dan 1 juta lembar masker untuk dikirim ke AS.

Kedua yayasan tersebut juga telah mendonasikan alat-alat kesehatan ke negara lainnya, termasuk Jepang, Korea Selatan, Italia, Iran, dan Spanyol.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jack Ma Sumbang USD 14 Juta untuk Pengembangan Vaksin Virus Corona

Jack Ma pernah menjadi seorang guru Bahasa Inggris dengan bayaran hanya sekitar US$ 12 - US$ 15 per bulan.

Orang terkaya China, Jack MA, telah menyumbangkan USD 14 juta melalui yayasannya untuk membantu mengembangkan vaksin untuk virus Corona, menurut sebuah laporan New York Times.

Para pendiri Alibaba akan membagikan USD 5,8 juta kepada dua organisasi penelitian pemerintah China dengan sisa dana untuk mendukung upaya pencegahan dan pengobatan, CNN Business melaporkan.

Sementara itu, Perusahaan farmasi Johnson & Johnson awal pekan ini mengatakan dengan cukup percaya diri dapat menemukan vaksin untuk mengatasi virus coronaini.

"Kami memiliki puluhan ilmuwan yang bekerja pada hal ini sehingga kami cukup yakin kita bisa mendapatkan sesuatu yang dibuat yang akan bekerja dan tetap aktif untuk jangka panjang," kata Paul Stoffels, Chief Scientific Officer perusahaan, kepada CNBC.

Tapi dia bilang itu bisa memakan waktu hingga satu tahun untuk vaksin yang akan tersedia di pasar.

"Kita akan melihat dalam beberapa minggu ke depan bagaimana ini terjadi," tambah Stoffels, menurut laporan.

Virus Corona baru-yang telah menewaskan lebih dari 100 orang-muncul di pusat kota Cina Wuhan dan belum memiliki obat penangkalnya.

 

Reporter : Danar Jatikusumo

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya