Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia semakin terperosok. Mengutip market data BBC, Selasa (17/03/2020), harga minyak Brent (Brent Crude Oil) masih berada di posisi USD 30,72 per barrel dan minyak WTI (West Texas Intermediate Crude Oil) masih dipatok di angka USD 29,92 per barrel.
Anjloknya minyak dunia disebabkan karena perang dingin antara Arab dan Rusia, dimana Arab mencoba mengambil kembali pasar dengan mengguyur pasokan minyak mentah gila-gilaan. Ditambah wabah pandemi Corona yang semakin menjadi-jadi, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga ini.
Advertisement
Jika harga minyak dunia terus turun, mungkinkah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga ikut turun?
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, harga minyak dunia yang tidak pasti tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan harga BBM.
"Penurunan BBM? Terlalu awal lah untuk kita memprediksi, kita belum tahu. Nanti kalau Arab dan Rusia damai, harga minyak naik lagi," kata Luhut saat melakukan telekonferens di kantornya kemarin, Senin (16/03/2020).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ada Peluang Penurunan Harga BBM
Adapun, menurut Pengamat Energi sekaligus Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro, meskipun ada peluang untuk menurunkan harga BBM, namun ada beberapa hal yang mempengaruhi penentuan harga tersebut.
"Seharusnya ada peluang untuk bisa turun, namun perlu hati-hati melihatnya," kata Komaidi saat dihubungi Liputan6.com.
Untuk Indonesia, lanjut Komaidi, paling tidak ada 2 variabel utama yang menentukan harga jual BBM, yaitu harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah.
"Ada kondisi tertentu ketika harga minyak mentah turun harga BBM belum tentu bisa diturunkan jika pada saat yg sama rupiah melemah yg mana dampaknya sama atau lebih besar dari penurunan harga minyak mentah itu sendiri," imbuhnya.
Seperti saat ini, dimana rupiah baru saja tertekuk hingga ke level Rp 15.010 (per 1 USD), membuat peluang penurunan harga tersebut semakin kecil.
Adapun, penentuan harga juga harus dihitung dengan mekanisme yang hati-hati karena memang, tidak satu negarapun bisa mengontrol harga minyak dunia.
"Harus dihitung dulu sama Pertamina, berapa penurunan akibat harga minyak dan berapa kenaikan akibat kurs rupiah, kemudian selisihnya akan menjadi basis harga bisa turun atau tidak," katanya, mengakhiri.
Advertisement