Liputan6.com, Jakarta - Menanggapi informasi yang kerap menyesatkan terkait Virus Corona COVID-19, pihak Twitter melakukan beberapa langkah untuk menyiasatinya.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (19/3/2020), otoritas di platform tersebut memperketat aturan pengguna hingga mengatur agar informasi menyesatkan tersebut tidak dapat dibagikan ke pengguna lain.
Baca Juga
Advertisement
Keputusan itu mengikuti langkah serupa oleh pesaing media sosial Facebook, yang pada Januari mengatakan akan menghapus posting dengan klaim palsu atau teori konspirasi tentang Virus Corona COVID-19.
Kedua perusahaan tersebut mengatakan konten seperti ini akan melanggar kebijakan mereka.
Pedoman baru Twitter, yang diterbitkan dalam posting blog, mengatakan akan meminta pengguna untuk menghapus konten yang mendorong orang untuk bertindak melawan rekomendasi dari otoritas kesehatan masyarakat.
Contohnya yaitu, akun yang menentang upaya cuci tangan setelah melakukan aktivitas. Padahal, informasi tersebut sama sekali tidak menyesatkan dan malah membantu orang untuk menjaga kebersihan.
Kondisi dunia saat ini masih dibayang-bayangi penyebaran Virus Corona COVID-19. Tak hanya Indonesia, negara lain pun juga merasakan hal yang sama.
Italia kembali mencatat rekor menakutkan terkait pandemi Virus Corona COVID-19. Sebanyak 475 nyawa melayang dalam 24 jam di negara tersebut.
Angka tersebut membuat jumlah meninggal terkait COVID-19 di Italia mencapai 2.978. Hingga Kamis 19 Maret pukul 01.00 WIB, kasus Virus Corona baru itu di Italia mencapai 35.713 dengan 2.978 meninggal dan 4.025 pulih.
Simak video pilihan berikut:
Makin Banyak Tenaga Medis Terinfeksi
Ketika kasus Virus Corona COVID-19melonjak dan kematian melonjak di Italia , angka-angka baru menunjukkan tingkat penularan yang "sangat besar" di antara personel medis negara itu.
Setidaknya 2.629 petugas kesehatan telah terinfeksi oleh Virus Corona sejak awal wabah pada bulan Februari, mewakili lebih dari delapan persen dari total kasus, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Rabu oleh Gruppo Italiano per la Medicina Basata sulle Evidenze atau GIMBE, Grup Italia untuk Kedokteran Berbasis Bukti.
Menurut laporan Al Jazeera, Kamis (19/3/2020), data tersebut pun kemudian mengejutkan negara Italia.
"Kami mengekstraksi nomor ini dari data yang disediakan oleh National Health Institute," direktur GIMBE Nino Cartabellotta, seorang ahli kesehatan masyarakat, mengatakan kepada Al Jazeera.
"Angka-angka mengenai penularan di antara dokter, perawat dan profesional kesehatan umum telah mulai diungkapkan pada 11 Maret. Ratusan kasus baru telah dicatat setiap hari sejak itu. Tetapi tenaga medis di garis depan harus menjadi orang pertama yang dilindungi."
Cartabellotta mengatakan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi karena petugas kesehatan tidak selalu diuji dan langkah-langkah perlindungan di rumah sakit tidak memadai.
Di sana, cenderung banyak pasien Virus Corona COVID-19 yang masih hanya menggunakan masker wajah bedah tanpa filter pelindung yang tepat untuk melindungi mereka dari penularan.
Persentase petugas kesehatan yang terinfeksi di Italia hampir dua kali lipat dari jumlah yang terdaftar di seluruh epidemi di China, di mana lebih dari 3.200 telah meninggal.
Menurut angka yang dipublikasikan di JAMA Network Open, sebuah situs medis online dari Journal of American Medical Association, staf medis yang terinfeksi di China membentuk 3,8 persen dari total kasus, dengan hanya lima kematian. Lebih dari 60 persen staf medis yang terinfeksi terdaftar dalam pusat pandemi, Wuhan.
Angka tersebut menunjukkan perbandingan signifikan yang terjadi di China dan Italia saat ini.
Advertisement