Liputan6.com, Jakarta - Vice President Vivo, Liu Hong, mengungkapkan sejumlah hal tentang perusahaan dan masa depan ponsel 5G. Menurut dia, para vendor akan beralih ke 5G dan membuat harga smartphone 5G semakin terjangkau.
Dilansir dari GSM Arena, Jumat (20/3/2020), Liu Hong mengatakan, Vivo beralih dari 4G ke 5G karena hampir semua perusahaan besar di Tiongkok kini telah berhenti memperkenalkan smartphone 4G dengan harga lebih dari USD 250 atau sekira Rp 4 juta. Pasar kelas menengah sudah mulai dibanjiri dengan smartphone 5G dan produk flagship.
Baca Juga
Advertisement
Setelah itu, tahapan selanjutnya adalah ponsel entry-level. Vivo memperkirakan smartphone 5G paling murah akan dijual seharga USD 215 atau sekira Rp 3,4 juta pada kuaratal IV (Q4) 2020.
Lebih lanjut, Liu Hong juga mengungkapkan Vivo berencana memproduksi hingga 100 ribu smartphone 5G per hari karena permintaan sangat tinggi.
Menurut data perusahaan, Vivo memiliki lima pabrik dengan kapasitas produksi 200 juta perangkat per tahun. Semuanya bekerja dengan kapasitas hampir 90 persen karena konsumen secara aktif mencari perangkat 5G.
Produksi Smartphone Vivo di Indonesia Tak Terdampak Virus Corona
Lebih lanjut, sebelumnya Vivo menyebut produksi smartphone di Indonesia tak terdampak virus corona. Diungkapkan oleh Senior Product Manager Vivo Mobile Indonesia, Ricky Bunardi, pasokan komponen untuk produksi Vivo di Indonesia sejauh ini masih aman dan tidak terdampak virus Corona.
"Belum ada masalah dari supplier. Supplier masih aman, pemenuhan suplai masih aman, serta masih mampu memenuhi permintaan yang ada di market," kata Ricky, saat ditemui di acara hands-on Vivo V19 di Jakarta, Kamis (5/3/2020) malam.
Dalam kesempatan yang sama, Public Relation Manager Vivo Mobile Indonesia, Tyas K. Rarasmurti, menambahkan tak ada masalah mengenai produksi smartphone Vivo di Tanah Air.
"Kalau pabrik, di sini kan semua harus TKDN, jadi semua selalu dari vendor lokal, kami juga masih merasa (produksi) aman," kata Tyas.
(Din/Why)
Advertisement