Mal di Surabaya Terapkan Social Distancing dan Sediakan Hand Sanitizer

Ketua Apkrindo Jatim, Tjahjono Haryono menuturkan, tren sepinya mal tersebut terlihat sejak akhir pekan lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2020, 17:30 WIB
Suasana pusat perbelanjaan yang relatif sepi pengunjung di Mal Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (17/3/2020). Seiring meluasnya virus corona Covid-19 di Indonesia, pengunjung pusat perbelanjaan atau mal langsung turun drastis dengan penurunan fluktuatif sekitar 10-15%. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur mengakui tingkat kunjungan konsumen ke kafe dan restoran yang berada di pusat perbelanjaan atau mal menurun.Ini seiring ada imbauan untuk menghindari keramaian sehingga mencegah penyebaran virus corona baru atau COVID-19.

Ketua Apkrindo Jatim, Tjahjono Haryono menuturkan, tren tersebut terlihat sejak akhir pekan lalu. "Sebab, masyarakat kini tidak berani berada di keramaian demi meminimalisasi penyebaran virus. Dan Apkrindo Jatim mencatat rerata angka penurunannya sekitar 20-30 persen disbanding hari-hari biasa,” tutur dia, seperti dikutip dari Antara, Kamis (19/3/2020).

Ia bersyukur, angka penurunan kafe dan restoran yang ada dalam mal tidak sedrastis seperti prediksi kebanyakan orang sampai 50 persen. Selain turunnya kunjungan, beberapa bahan baku industri kafe dan restoran di Surabaya juga sempat terganggu seperti bawang bombai, bawang putih dan aneka rempah-rempah seperti jahe dan lengkuas.

Ia menuturkan, harga bawang bombai pernah menyentuh Rp 250 ribu per kilogram. Sedangkan harga normalnya berada di kisaran Rp 60 ribu-Rp 70 ribu per kg.

"Tapi sekarang mulai stabil. Harga bombai sudah di bawah Rp 150 ribu/kg. Kami rasa soal bahan baku masih aman,” tutur dia.

Apkrindo tetap mengimbau kepada para anggotanya untuk tetap menjaga kebersihan, melakukan pembersihan rutin di dalam restoran, baik saat akan operasional maupun selesai operasional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Terapkan Social Distancing

Suasana mal yang sepi di kawasan Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (17/03/2020). Meluasnya wabah virus corona atau Covid-19, membuat sejumlah pusat perbelanjaan atau mal di wilayah Jabotabek sepi pengunjung. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sejumlah pusat perbelanjaan tampak sepi. Salah satunya pusat perbelanjaan yang berada di Ngagel Surabaya, yang hanya terlihat 10-15 orang lalu-lalang keluar masuk di mal dua lanai tersebut pada Rabu, 18 Maret 2020.

Di beberapa sudut gedung disiapkan cairan pembersih tangan yang terletak di pintu masuk mal serta beberapa lokasi penjual untuk meningkatkan kebersihan tangan pengunjung.

"Sejak adanya imbauan untuk tidak berada di keramaian, mal ini sepi tidak seramai sebelumnya, termasuk keberadaan lokasi parkir di sini," kata Siti Fadhila, salah satu penjaga parkir di mal tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di Mal Plaza Surabaya, yang menjadi salah satu favorit warga Kota Pahlawan untuk berbelanja pun terlihat sepi. Mal yang terletak di pusat kota ini selain menyiapkan cairan pembersih tangan di setiap pintu masuknya, juga memberi tanda jarak bagi pengunjung yang menaiki lift agar tidak berdekatan.

Tanda berbentuk kotak yang berada di dalam lift itu diberikan agar pengunjung yang menggunakan fasilitas tersebut tidak saling sentuh, sebagai antisipasi penyebaran virus corona baru atau COVID-19.

Mengutip npr.org, social distancing itu berarti tidak berjabat tangan, menghindari orang banyak, berdiri beberapa meter dari orang dan paling penting tinggal di rumah jika Anda merasa sakit.

Penerapan social distancing ini, perusahaan melakukannya ketika mereka meminta karyawan untuk bekerja dari rumah. Sedangkan pemerintah dapat melakukan dengan meliburkan sekolah. Di olahraga dengan pelaksanaan permainan tanpa penonton dan penundaan acara keluarga. Museum, teater, ruang konser dan tempat berkumpulnya orang banyak ditutup pintunya.

Hal ini termasuk menghindari transportasi massal seperti kereta yang ramai dengan penumpang. "Ini tentang seberapa dekat Anda berinteraksi dengan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari. Jaga jarak, hentikan jabat tangan. Idenya adalah mencoba memberdayakan orang untuk memutus penyebaran," ujar Profesor George Washington University, Christopher Mores.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya