Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan. Mengutip data Bloomberg, hingga sore ini rupiah berada di level 15.912 per dolar Amerika Serikat.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, depresiasi nilai tukar yang sedang dialami Indonesia saat ini juga dialami negara lain bahkan pasar global secara keseluruhan.
Penyebabnya tak jauh-jauh dari sentimen terhadap penyebaran virus Corona. Perry menyatakan, investor global sedang mengalami ketidakpastian yang sangat tinggi.
"Dow Jones anjlok, premi resiko meningkat. Investor global di semua negara (terdampak Corona) hampir semuanya melepas asetnya," kata Perry di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Baca Juga
Advertisement
Perry melanjutkan, investor melepas aset keuangan mulai dari mata uang, saham, obligasi dan lainnya lalu beralih ke uang tunai (cash). Langkah ini dilakukan bukan karena ada masalah fundamental, namun karena kepanikan sehinga menyebabkan tekanan seperti saat ini.
"Cash is king. Bukan karena fundamental, tapi memang murni kepanikan (karena penyebaran Corona yang sangat cepat)," imbuhnya.
Untuk memitigasi hal ini, BI akan terus memastikan mekanisme pasar dan likuiditas terjaga serta meningkatkan intensitas triple intervention.
"Kami akan pastikan bagaimana penentuan nilai tukar di pasar itu konvergen, menjaga confidence dan mekanisme pasar. Itu yang akan terus dilakukan," tutup Perry.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Sentuh 15.315 per Dolar AS, Investor Antisipasi Perlambatan Ekonomi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Rupiah diperkirakan bisa pada perdagangan hari ini bisa tembus 15.500 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Kamis (19/3/2020), rupiah dibuka di angka 15.287 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 15.315 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus tertekan ke 15.315 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.287 per dolar AS hingga 15.315 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,45 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angak 15.712 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 15.223 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi masih tertekan jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia siang nanti.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan, pasar masih mengantisipasi perlambatan ekonomi karena pandemi Virus Corona baru atau COVID-19.
"Tekanan untuk rupiah kemungkinan masih bisa berlanjut hari ini, meskipun BI memberikan stimulus," ujar Ariston dikutip dari Antara.
Pagi ini, sejumlah bank sentral negara yang terdampak COVID-19 berkomitmen meluncurkan program stimulus tambahan seperti Bank Sentral Jepang Bank of Japan (BoJ) dan European Central Bank (ECB).
ECB akan meluncurkan program pembelian aset atau obligasi sebesar 750 miliar euro. Sementara BoJ berniat memperbesar stimulus yang sekarang sedang berjalan.
Tapi, tidak semua aset berisiko bergerak positif pagi ini. Hanya Indeks Nikkei yang terlihat positif. Indeks saham Asia lain seperti Hong Kong, China, dan Korea masih negatifpagi ini.
Ariston memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 15.250 per dolar AS hingga 15.500 per dolar AS.
Advertisement