Liputan6.com, Indragiri Hilir - Indonesia tengah berjuang menangkal virus corona covid-19 agar tidak ada lagi yang tertular. Selain tindakan medis, masyarakat juga diminta membiasakan hidup sehat sebagai langkah pencegahan agar virus dari Wuhan, China ini, tak menginfeksi yang lain.
Saat ini, di Riau sudah ada satu pasien positif corona covid-19, mudah-mudahan tidak bertambah.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, Riau juga tengah menghadapi "penyakit" lainnya, yaitu virus membuka kebun dengan cara membakar, baik itu oleh warga biasa ataupun perusahaan.
Virus ini kalau dibiarkan bisa menimbulkan bencana kabut asap. Sebuah keadaan yang sudah dialami Bumi Lancang Kuning sejak medio 1997 dan selalu berulang dari waktu ke waktu, terakhir tahun lalu.
Memang tidak berimbas langsung seperti virus corona yang membuat penderita lemas. Namun, gejalanya juga mirip seperti batuk-batuk, kepala pusing, infeksi pernapasan, dan dalam beberapa kasus juga memicu kematian.
Sejak awal tahun, Pemerintah Riau bersama TNI, polisi serta instansi lainnya, termasuk relawan, sudah mulai melawan virus ini guna mencegah kabut asap. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga terlibat langsung memadamkan api.
Seperti yang dilakukan tiga polwan berparas cantik di Desa Sungai Teritip, Kecamatan Kateman, Kabupaten Indragiri Hilir. Sudah lebih satu minggu mereka bersama puluhan personel Polda Riau lainnya di lokasi karena kebakaran lahan.
Satu di antara personel ini adalah Ajun Komisaris Rosna. Selama ini, dia lebih sibuk mengurus ketertiban di jalan raya karena jabatannya adalah Kepala Satuan Lalu Lintas di Polres Inhil.
Bersama dua polwan lainnya, Bripda Raudatul Jannah dan Briptu Florentina Kharismaya, Rosna berangkat ke lokasi sejak Maret. Baginya, memadamkan api adalah tugas yang harus dilakukan untuk menjaga Riau terbebas dari kabut asap.
"Ada juga Pak Kapolres AKBP Indra Duaman SIK, bersama puluhan personel lain. TNI, Manggala Agni dan masyarakat peduli api juga ada, sudah seminggu lebih kami di lokasi," kata Rosna kepada wartawan.
Simak Video Pilihan Berikut:
Perjalanan Panjang
Rosna menceritakan, perjalanan ke lokasi kebakaran di Desa Sungai Teritip bukanlah perkara mudah. Lokasinya terpencil dan harus menyusuri sungai selama tiga setengah jam lebih.
Sampai di tepian, Rosna melanjutkan perjalanan memakai sepeda motor satu jam lebih kurang. Berkendara di darat dengan medan sulit menjadi tantangan Rosna meskipun bidangnya di kepolisian berurusan dengan kendaraan.
"Setelah itu dilanjutkan berjalan kaki menempuh semak belukar, lebih satu jam juga," kisah Rosna.
Keletihan tentu saja terjadi ketika sampai di lokasi pemadaman. Namun, semangat tidak harus padam karena tugas memadamkan nyala api yang membakar inci demi inci lahan berstruktur gambut, sudah menanti. Jika dibiarkan, pemadaman lebih sulit karena bara api akan mengendap di dasar gambut.
"Kebersamaan anggota lain membuat kami lebih survive di lokasi yang jauh dari keramaian," ucap Rosna.
Tenggelamnya matahari bukan sebagai tanda operasi pemadaman dihentikan. Bara api di dasar tanah harus dipastikan padam. Semprotan air harus dilakukan hingga asap di permukaan tanah betul-betul hilang.
Keesokan harinya, bara di dasar gambut bisa ke permukaan lagi apabila diterpa angin kencang ditambah cuaca terik. Rosna bersama polwan lainnya dengan cekatan memegang slang yang mengarah ke titik api.
"Kami biasanya keluar dari lokasi jam 9 malam, tempat istirahat adalah Polsek Kateman," sebut Rosna.
Advertisement
Riau Masih Terbakar
Sampai di Polsek, bersantai bukan langsung menjadi tujuan. Masih ada arahan dari Kapolres sebagai persiapan dan mengatur strategi pemadaman ketika fajar esok hari menyingsing.
"Kehadiran Kapolres juga menjadi semangat bagi tim. Rintangan lainnya adalah logistik ke lokasi karena memang jauh dari permukiman," ucap Rosna.
Polwan yang pernah bertugas di bagian Humas Polda Riau ini berharap masyarakat ataupun perusahaan tidak membakar lagi ketika membuka lahan. Dia pun berharap setiap elemen saling bahu-membahu mengantisipasi kebakaran agar kabut asap tidak terjadi.
Kebakaran lahan masih terjadi di Riau. Hal ini terlihat dari titik panas sebagai indikator masih terpantau satelit yang digunakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pekanbaru. Pada Kamis, 19 Maret 2020, ada 15 titik panas terpantau di lima kabupaten.
Titik panas itu menyebar di Kabupaten Pelalawan sebanyak 2 titik, lalu 6 titik di Kepulauan Meranti, 5 di Kota Dumai, 1 di Siak, dan 1 di Indragiri Hilir.
Berdasarkan rilis dari BMKG, titik panas itu berada pada level kepercayaan di atas 50 persen. Dari jumlah itu, yang dipercaya sebagai titik api ada 5 dengan level kepercayaan di atas 70 persen.
Sebanyak 2 titik api ini terdapat di Kepulauan Meranti, Kota Dumai 2 titik, dan Pelalawan 1 titik.