Liputan6.com, Jakarta - Syaikh Ibrahim Asmarakandi merupakan pendakwa pada masa awal penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Makamnya berada di Desa Gisikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Syaikh Ibrahim Asmarakandi merupakan tokoh sentral dalam penyebaran Islam, karena dia merupakan ayah kandung dari Raden Ali Rahmatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel, yang makamnya berada di Surabaya, Jawa Timur.
Makamnya tak pernah sepi dikunjungi peziarah. Berada di Jalan Raya Daendels dari arah Tuban ke arah timur menuju ke Paciran, Sedayu, Gresik hingga Surabaya. Dari jalan Daendels, hanya berkisar 200 meter di selatan jalan.
Dia diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Brahim Asmara atau Maulana Ibrahim Asmara, dikutip dari Atlas Walisongo.
Baca Juga
Advertisement
Sebutan itu mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarkandy, yang kemudian berubah menjadi Asmarakandi. Menurut Babad Cerbon, Syaikh Ibrahim Asmarakandi adalah putera Syaikh Karnen dan berasal dari negeri Tulen.
Jika sumber itu benar, maka Syaikh Ibrahim bukanlah penduduk asli Samarkand, melainkan seorang migran ikut ayahnya ke Samarkand karena negeri Tulen yang dimaksud menunjuk pada nama wilayah Tyulen, kepulauan kecil yang terletak di tepi timur Laut Kaspia yang masuk wilayah Kazakhtan, tepatnya di arah Barat Laut Samarkand.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Ayah Sunan Ampel
Syaikh Ibrahim Asmarakandi ini dianggap sebagai ayah dari RAden Rahmat atau Sunan Ampel. Dalam referensi lain, yaitu naskah Nagarakretabhumi sarga IV, Syaikh Ibrahim disebut dengan nama Molana Ibrahim Akbar yang bergelar Syaikh Jatiswara.
Seperti dalam sumber historiografi lain, dalam naskah Nagarakretabhumi, tokoh Molana Ibrahim Akbar disebut sebagai ayah dari Ali Musada (Ali Murtadho) dan Ali Rahmatullah, dua bersaudara yang kelak dikenal dengan sebutan Raja Pandhita dan Sunan Ampel.
Babad Tanah Jawi, Babad Risaking Majapahit, dan Babad Cirebon menuturkan bahwa sewaktu Ibrahim Asmara datang ke Champa, Raja Champa belum memeluk Islam. Ibrahim Asmara tinggal di Gunung Sukasari dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk Champa.
Raja Champa murka dan memerintahkan untuk membunuh Ibrahim Asmara beserta semua orang yang sudah memeluk Islam. Namun, usaha raja itu gagal, karena ia keburu meninggal sebelum berhasil menumpas Ibrahim Asmara dan orang-orang Champa yang memeluk Islam.
Advertisement