Tangkal Virus Corona Covid-19, Bupati Banyumas Ingin Ciu Dijadikan Hand Sanitizer

Alkohol alias ciu Banyumas tersebut ditambah gilserin dan hidrogen peroksida untuk dijadikan hand sanitizer untuk menangkal virus Corona Covid-19

oleh Galoeh Widura diperbarui 20 Mar 2020, 00:30 WIB
IAI Banyumas bersama Forkompina membagikan 1000 hand sanitizer gratis untuk pengguna jalan, Purwokerto, 19 Maret 2020. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Liputan6.com, Banyumas - Bupati Banyumas, Achmad Husein, menyatakan Pemerintah Kabupaten Banyumas sedang berupaya memproduksi hand sanitizer sendiri. Hal itu untuk mengatasi kelangkaan yang terjadi, usai virus Corona atau Covid-19 mewabah.

"Sedang kita upayakan membuat hand sanitizer sebanyak mungkin dan dikemas dalam botol kecil, nanti kita bagikan ke masyarakat," katanya, seusai pembagian hand sanitizer gratis dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Kamis, 19 Maret 2020.

Bupati mengaku optimistis bisa membuat hand sanitizer sebanyak mungkin untuk masyarakat. Sebab, bahan baku alkohol sudah ada di Kabupaten Banyumas.

Ketersediaan bahan baku itu, yaitu dengan memanfaatkan produsen arak lokal atau ciu Banyumas. Ciu Banyumas itu diproduksi di Desa Wlahar, Kecamatan Wangon, dan beberapa wilayah lainnya.

Produsen ciu di tempat ini menghasilkan alkohol hingga 96 persen. Kemudian, alkohol alias ciu tersebut ditambah gilserin dan hidrogen peroksida untuk dijadikan hand sanitizer untuk menangkal virus Corona Covid-19.

"Daripada dibuat untuk mabuk-mabukan. dari Wlahar, dari mana saja. Saya kemarin membikin sendiri, sudah diujicobakan," kata bupati.

Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kabupaten Banyumas membagikan 1.000 hand sanitizer kepada pengguna jalan. Mereka menyasar beberapa titik jalan protokol di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis, 19 Maret 2020.

Hand sanitizer gratis itu merupakan bentuk kepedulian IAI Banyumas untuk mencegah  pandemi virus Corona atau Covid-19 di Kota Satria. Sebab, Banyumas merupakan kota penyangga antara Semarang-Solo-Yogyakarta-Jakarta dengan mobilitas warga yang luar biasa.

Simak juga video pilihan berikut ini:


IAI Banyumas Bagikan 1.000 Hand Sanitizer

IAI Banyumas bersama Forkompina membagikan 1.000 hand sanitizer gratis untuk pengguna jalan, Purwokerto, 19 Maret 2020. (Liputan6.com/Galoeh Widura)

Diketahui, per 18 Maret 2020 jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 377 dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) enam orang. ODP tersebut di antaranya orang yang datang dari luar negeri sebanyak 195 orang dan dari luar daerah sebanyak 145 orang.

"Tentu esensinya bukan pembagiannya, esensinya adalah mengedukasi masyarakat agar hidup bersih, karena itu kunci mencegah infeksi corona sebenarnya," ujar Ketua IAI Banyumas Khafidz Nasrudin saat kegiatan.

Pembagian hand sanitizer dilakukan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Kabupaten Banyumas. Kegiatan dilaksanakan antara lain di pertigaan Jalan Masjid, perempatan Jalan Ahmad Yani, perempatan Palma, dan sejumlah lokasi lain.

Bupati Banyumas Achmad Husein yang turun langsung dalam kegiatan menyampaikan sosialisasi dan edukasi pencegahan Covid-19 harus terus digalakkan oleh segenap lapisan masyarakat. Saat ini Pemerintah Kabupaten terus berupaya menyuarakan agar masyarakat menerapkan Social Distancing serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

"Yang dibutuhkan sekarang edukasi kepada masyarakat luas dan berusaha bersama-sama untuk mencegah penularan virus Corona," ujarnya.

Hand sanitizer yang dibagikan IAI Banyumas juga merupakan produksi sendiri para anggotanya. Selain itu, di setiap tempat praktik anggota diwajibkan menyediakan hand sanitizer.

Meski demikian, Khafidz menilai ada anggapan keliru yang saat ini berkembang di masyarakat. Yakni, harus memiliki hand sanitizer untuk membersihkan tangan.

Sehingga kerap terjadi kelangkaan karena permintaan yang tiba-tiba melonjak. Padahal, antiseptik tersebut adalah sarana pencegahan kedua setelah mencuci tangan dengan sabun.

"Kami mengajak masyarakat rajin cuci tangan pakai sabun, kalau tidak ada sabun baru pakai antiseptik. Sekarang di masyarakat seolah-olah harus ada antiseptik," ujar Khafidz.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya