Adakah Efek Samping Usai Pasien Corona COVID-19 Sembuh?

Sejumlah studi menemukan beberapa orang yang pulih dari kasus serius Virus Corona jenis baru, COVID-19 ternyata mengalami efek samping.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 20 Mar 2020, 12:54 WIB
Dokter melihat layar saat memeriksa pasien yang terinfeksi virus corona COVID-19 di rumah sakit Palang Merah di Wuhan, 16 Februari 2020. Virus corona baru, Covid-19, telah mewabah hingga ke lebih dari 60 negara dimana dari kasus-kasus infeksi, ada lebih dari 3.000 kematian yang terjadi. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Sakit akibat Virus Corona COVID-19 memang dapat disembuhkan. Namun, beberapa orang yang pulih dari kasus serius Virus Corona jenis baru ternyata mengalami efek samping.

Para ahli perawatan intensif di Inggris mengungkap, beberapa pasien COVID-19 yang sembuh mengalami kerusakan paru-paru yang mungkin membutuhkan waktu 15 tahun untuk pulih total.

Peringatan itu dikeluarkan Fakultas Pengobatan Perawatan Intensif (FICM), badan profesional Inggris untuk dokter dan praktisi perawatan intensif yang diterbitkan di The Sunday Times.

FICM menyoroti banyaknya pasien yang mengaku dirawat intensif karena positif Virus Corona COVID-19 telah mengembangkan kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Satu penelitian yang diterbitkan di Pusat Informasi Bioteknologi Nasional AS menemukan, 17% dari 99 pasien Virus Corona di Wuhan, China, yang diperiksa antara 1 hingga 20 Januari, telah mengembangkan ARDS selama penyakit mereka, seperti dilansir Business Insider, Jumat (20/3/2020)

Studi lain yang diterbitkan dalam The Lancet pada 15 Februari menemukan, 29% dari 41 pasien yang diamati antara pertengahan Desember hingga awal Januari di Wuhan telah mengembangkan ARDS. Sindrom gangguan pernapasan akut ini mencegah paru-paru seseorang dari menyediakan organ vital mereka dengan oksigen yang cukup, menurut National Health Service (NHS).

Ketika COVID-19 mencapai paru-paru, selaput lendirnya yang melapisi berbagai rongga tubuh dan saluran udara menjadi meradang. Menurut NHS, peradangan ini kemudian dapat menyebabkan ARDS, di mana "cairan dari pembuluh darah terdekat bocor ke kantung udara kecil di paru-paru Anda, membuat pernapasan semakin sulit."

Meskipun paru-paru pasien Virus Corona COVID-19 dapat kembali 'tampak normal' setelah enam bulan dengan masalah minimal --seperti melemahnya kemampuan untuk berolahraga--, mereka yang terus mengembangkan ARDS dapat "membutuhkan waktu 15 tahun agar paru-paru mereka pulih," Kata FICM, menurut The Sunday Times.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tak Ada Pengobatan Khusus

Pekerja medis Rumah Sakit Universitas Nasional Kyungpook memindahkan seorang pasien di Daegu, Korea Selatan, Rabu (4/3/2020). Jumlah total pasien yang terinfeksi virus corona (COVID-19) di Korea Selatan bertambah menjadi 5.621 kasus. (Xinhua/Lee Sang-ho)

ARDS bertanggung jawab atas 10% dari semua penerimaan unit perawatan intensif di Inggris. ARDS juga memiliki tingkat kematian 30% hingga 40%, ujar Michael Matthay, seorang ahli penyakit.

Tingkat kematian ini juga disebutkan dalam sebuah makalah 2015 tentang penyakit yang diterbitkan di Pusat Informasi Bioteknologi Nasional AS. "Tidak ada pengobatan khusus kecuali untuk menenangkan pasien dan menempatkan mereka pada ventilator mekanik untuk membiarkan mereka pulih," kata Matthay, merujuk pada penderita ARDS.

"Korban memiliki keterbatasan olahraga yang signifikan dan kualitas hidup fisik yang buruk ... terkait dengan pemborosan otot dan kelemahan."

ARDS juga umum ditemukan pada orang yang baru pulih dari kasus flu dan radang paru-paru parah di Inggris, tetapi dalam kasus itu "tidak biasa ARDS menyebabkan kerusakan paru-paru jangka panjang," menurut British Lung Foundation.

Sebuah studi yang diterbitkan 13 Maret dalam The Journal of American Medical Association menemukan bahwa orang yang lebih tua terinfeksi COVID-19, adalah kelompok yang paling mungkin untuk terjangkit ARDS, "kemungkinan karena respons imun yang kurang ketat."

FICM juga memperingatkan, organ lain juga bisa rusak oleh COVID-19 setelah pemulihan.

"Seperti banyak kondisi virus lainnya, efek Virus Corona tidak hanya terbatas pada paru-paru. Jantung juga dapat terpengaruh, mulai dari peradangan (miokarditis) hingga gagal jantung," kata FICM.


Temuan Serupa di Hong Kong

Warga mengantre untuk mendapatkan masker wajah gratis di luar sebuah toko di Tsuen Wan, Hong Kong, Selasa (28/1/2020). Hong Kong terkonfirmasi memiliki delapan kasus infeksi virus corona. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Dokter di Hong Kong menemukan sejumlah kasus pasien yang pulih setelah terinfeksi Virus Corona COVID-19 mengalami kapasitas paru-paru yang secara substansial melemah, dengan beberapa orang terengah-engah ketika berjalan dengan cepat.

Otoritas Rumah Sakit Hong Kong membuat temuan setelah mempelajari gelombang pertama pasien yang keluar dari rumah sakit dan telah sepenuhnya pulih dari COVID-19. Dari 12 orang dalam kelompok, dua hingga tiga di antaranya melihat perubahan kapasitas paru-paru mereka.

"Mereka terengah-engah jika berjalan sedikit lebih cepat," kata Owen Tsang Tak-yin, direktur medis dari Otoritas Pusat Penyakit Menular Hong Kong.

"Beberapa pasien mungkin memiliki sekitar 20% hingga 30% dalam fungsi paru-paru setelah pemulihan penuh."

Tsang menambahkan, bagaimanapun, pasien dapat melakukan latihan kardiovaskular, seperti berenang, meningkatkan kapasitas paru-paru mereka dari waktu ke waktu.

Walaupun masih terlalu dini untuk menentukan efek jangka panjang dari penyakit ini, pemindaian sembilan paru-paru pasien juga "menemukan pola yang mirip dengan kaca buram pada semuanya, menunjukkan ada kerusakan organ," kata Tsang, dilansir Science Alert.

Hasil CT scan salah satu pasien Virus Corona baru menunjukkan "ground glass," sebuah fenomena di mana cairan menumpuk di paru-paru dan muncul dengan sendirinya sebagai bercak putih. "Ground glass" pada paru-paru pasien tersebut menjadi lebih jelas ketika penyakitnya berkembang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya