BI: Ekonomi Indonesia Tak Bakal Separah Krisis 1998 dan 2008

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan perekonomian nasional tidak bakal terpuruk seperti krisis tahun 1998 dan tahun 2008

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2020, 16:00 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan perekonomian nasional tidak bakal terpuruk seperti krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Sebab, pelemahan perekonomian tak hanya terjadi di Indonesia.

Dampak penyebaran virus corona menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga kondisi seperti ini dialami juga oleh negara-negara terdampak.

"Yang terjadi saat ini memang berbeda dengan yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2008," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian secara virtual, Jakarta, Jumat (20/3/2020).

Melemahnya rupiah hingga tembus di angkat Rp 16 ribu merupakan Kepanikan investor di pasar keuangan. Para pemilik modal di seluruh dunia panik lantaran penyebaran covid-19 sangat cepat.

Akibatnya investor dan pelaku pasar keuangan melepas aset-aset yang dimiliki. Baik itu saham, obligasi atau emas dijual untuk dapat ditukar dalam bentuk uang cash dalam bentuk dolar.

"Jadi ada pengetatan dolar dari pasar keuangan global," ujar Perry.

Tentunya, sikap pasar keuangan itu berdampak kepada negara-negara seperti Indonesia. Sehingga rupiah terus melemah terhadap nilai dolar Amerika.

"Memang Indonesia juga terkena dampak ini dengan negara-negara lainnya," kata Perry mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Perintahkan BI Stabilkan Rupiah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Rapat terbatas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu mengangkat topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Bank Indonesia (BI) fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang terus mengalami tekanan di tengah situasi pandemi Corona Covid-19. Saat ini nilai tukar rupiah sudah tembus 16.000 per dolar AS. 

"Saya minta BI fokus terus jaga stabilitas nilai tukar rupiah, jaga inflasi, dan mempercepat penggunaan rekening rupiah di dalam negeri," kata Jokowi, melalui video conference dari Istana Bogor Jawa Barat, Jumat (20/3/2020).

Dia juga meminta BI berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan untuk memastikan ketersediaam likuiditas dalam negeri. Selain itu, BI juga diminta meningkatkan mitigasi risiko di tengah pandemi Corona.

"Kemudian memantau setiap saat terhadap sistem keuangan dan mitigasi keuangan sekomprehensif, sedetail mungkin," tutur Jokowi.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat akhir pekan ini. Rupiah sudah tembus ke level psikologisnya yaitu 16.000 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya