Liputan6.com, Seoul - Angin topan melanda Korea Selatan pada Kamis kemarin hingga Jumat dini hari (20/3/2020) waktu setempat. Delapan orang terluka, bangunan banyak yang rusak, dan ratusan fasilitas Virus Corona (COVID-19) terpaksa tutup.
Dilaporkan kantor berita Yonhap, ada total 240 fasilitas Virus Corona di Korsel yang tutup sementara akibat bencana ini. Padahal, fasilitas outdoor itu digunakan untuk memeriksa orang yang berpotensi kena Virus Corona.
Baca Juga
Advertisement
Korsel membangun banyak fasilitas Virus Corona di berbagai wilayah sebagai layanan masyarakat. Totalnya ada 1.160 fasililtas outdoor yang tersedia.
Administrasi Meteorologi Korea berkata angin topan itu memiliki kecepatan maksimal hingga 100 kilometer per jam dan menerjang seantero negeri. Penyebabnya adalah ada tekanan angin berbeda di Semenanjung Korea.
Delapan orang yang terluka akibat topan ini akibat terkena atap atau jendela yang rusak. Topan juga merusak 29 rumah kaca bahkan mengakibatkan 23 kebakaran hutan.
Semua kebakaran itu sudah padam pada Jumat pagi, namun satu unit helikopter mengalami kecelakaan saat memadamkan api di Ulsan. Satu pilot selamat sementara satu lagi belum ditemukan.
Kasus Virus Corona di Korsel telah mencapai total 8.565 kasus. Sebanyak 1.540 di antaranya sudah berhasil pulih.
Korsel menemukan banyak Virus Corona karena pemerintahnya bergerak cepat dan transparan. Salah satu upayanya adalah mendirikan fasiitas pemeriksaan Virus Corona, termasuk lewat drive-thru.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Indonesia Ikuti Korsel
Pemerintah Indonesia menyatakan akan mulai melakukan kajian untuk melakukan tes virus corona dengan metode rapid test (tes cepat), seperti Korea Selatan. Alat itu digunakan sebagai pendeteksi awal penderita virus corona.
"Kami juga rapat pagi hari dengan Menkes dan jajaran untuk mulai mengkaji terkait seperti apa yang dilaksanakan di negara lain perlu dipahami, rapid test ini," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto di Kantor BNPB Jakarta, Rabu kemarin.
Selama ini, Balitbang Kemenkes memeriksa spesimen corona dengan metode genome sequencing dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Yurianto menjelaskan bahwa metode rapid test memiliki cara yang berbeda dalam mendeteksi virus corona.
"Rapid test akan menggunakan spesimen darah tidak menggunakan apisan tenggorokan atau kerongkongan. Tetapi menggunakan sampel darah," jelasnya.
Menurut Yurianto, metode rapid test memiliki sejumlah keuntungan. Selain cepat, rapid test juga bisa dilaksanakam di hampir semua laboratorium kesehatan di rumah sakit yang ada di Indonesia.
"Hanya saja permasalahannya adalah karena yang diperiksa adalah imunoglobulin-nya, maka kita membutuhkan reaksi imunoglobulin dari seseorang yang terinfeksi paling tidak seminggu," tutur dia.
"Karena kalau belum terinfeksi atau terinfeksi dari kurang dari seminggu kemungkinan pembacaan imunoglobulin akan memberikan gambaran negatif," sambung Yurianto.
Advertisement