Dana Asing Rp 105 T Kabur Gara-Gara Corona, BI Sebut Terjadi di Seluruh Negara

Bank Indonesia mencatat sampai tanggal 19 Maret 2020 terjadi penarikan dana asing sebanyak Rp 105 trilliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2020, 17:31 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia mencatat sampai tanggal 19 Maret 2020 terjadi penarikan dana asing sebanyak Rp 105 trilliun. Terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp 92,8 triliun.

"Sementara saham adalah Rp 8,3 T, itu data kami sampai 19 Maret 2020," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian secara virtual, Jakarta, Jumat (20/3).

Penarikan dana asing / capital outflow sebagian besar terjadi di bulan Maret. Hal ini terjadi seiring penyebaran virus corona yang ada di Indonesia.

Namun penyebaran covid-19 juga terjadi negara-negara maju. Ini lah yang membuat para investor melepaskan aset berharganya dan ramai-ramai mengkonversikan ke mata uang dollar Amerika.

"Ini yang dihadapi seluruh dunia, ada pelepasan aset keuangan dan mereka konversi ke dolar" kata Perry.

Untuk itu dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, Bank Indonesia membeli SBN yang dilepas investor asing. Tahun ini bank sentral telah membeli Rp 163 triliun SBN yang dilepas asing.

"Ini untuk kurangi tekanan pada pasar SBN," kata Perry.

Bersama OJK, Bank Indonesia terus berkoordinasi dan menjaga pasar agar tetap berjalan. Fokusnya untuk menjaga confidence, memastikan bekerjanya mekanisme pasar, dan menjaga likudiitas baik rupiah maupun valas.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BI: Ekonomi Indonesia Tak Bakal Separah Krisis 1998 dan 2008

Ilustrasi Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan perekonomian nasional tidak bakal terpuruk seperti krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Sebab, pelemahan perekonomian tak hanya terjadi di Indonesia.

Dampak penyebaran virus corona menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga kondisi seperti ini dialami juga oleh negara-negara terdampak.

"Yang terjadi saat ini memang berbeda dengan yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2008," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Rapat koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian secara virtual, Jakarta, Jumat (20/3/2020).

Melemahnya rupiah hingga tembus di angkat Rp 16 ribu merupakan Kepanikan investor di pasar keuangan. Para pemilik modal di seluruh dunia panik lantaran penyebaran covid-19 sangat cepat.

Akibatnya investor dan pelaku pasar keuangan melepas aset-aset yang dimiliki. Baik itu saham, obligasi atau emas dijual untuk dapat ditukar dalam bentuk uang cash dalam bentuk dolar.

"Jadi ada pengetatan dolar dari pasar keuangan global," ujar Perry.

Tentunya, sikap pasar keuangan itu berdampak kepada negara-negara seperti Indonesia. Sehingga rupiah terus melemah terhadap nilai dolar Amerika.

"Memang Indonesia juga terkena dampak ini dengan negara-negara lainnya," kata Perry mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya