627 Orang di Italia Tewas dalam Sehari Akibat Virus Corona COVID-19

Kasus Virus Corona COVID-19 di Italia sangatlah parah. Ratusan orang meninggal dalam sehari.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Mar 2020, 13:12 WIB
Petugas memeriksa peralatan medis ICU rumah sakit lapangan darurat Samaritan's Purse di Cremona, Italia, Jumat, 20 Maret 2020. Rumah sakit lapangan ini dibangun untuk merawat pasien virus corona COVID-19 yang terus melonjak. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)

Liputan6.com, Roma - Italia melaporkan 627 kematian akibat Virus Corona (COVID-19) dalam satu hari. Lonjakan kematian tersebut adalah yang tertinggi di Italia. Dua hari lalu, ada 475 meninggal dalam sehari.

Dilansir Business Insider, Sabtu (21/3/2020), total kematian di Italia kini sudah menembus 4.000 orang. Pasien meninggal di negara itu juga sudah melewati China.

Berdasarkan data resmi, angka kematian di China adalah sekitar 3.200 orang. China pun sudah mengirimkan bantuan medis ke Italia untuk menjinakan Virus COVID-19.

Angka kematian tertinggi dalam sehari di Italia juga mengalahkan China. Jumlah kematian terbanyak di China dalam sehari adalah 150 orang pada bulan lalu.

Sejauh ini ada 47.021 orang terinfeksi COVID-19 di Italia. Pasien di Italia adalah yang tertinggi kedua di dunia setelah China.

Penyebaran COVID-19 di Italia awalnya terjadi di Lombardia dan Veneto. Lombardia disebut terlambat memeriksa pasien yang tak mengalami gejala.

Pada 10 Maret lalu, Perdana Menteri Giuseppe Conte akhirnya menerapkan lockdown nasional yang berlangsung hingga awal April nanti dan berpotensi diperpanjang. Sementara itu, petugas kesehatan di China mengaku kaget melihat lockdown yang kendor. 

Berikut laporannya:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


China Kaget Melihat Lockdown di Italia

Beberapa orang berjalan di Kanal Naviglio Grande, Milan, Italia, Selasa (10/3/2020). Bar-bar yang biasa berjajar di sepanjang Kanal Naviglio Grande terlihat tutup menyusul dektrit lockdown yang berlaku di Italia demi mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). (AP Photo/Antonio Calanni)

Kasus baru Virus Corona (COVID-19) di China mulai menurun. Kabar terbaru, kasus di kota Wuhan tercatat nol pada Rabu 18 Maret dan Kamis 19 Maret. Hal seperti itu baru pertama kali terjadi sejak 21 Januari lalu. 

Presiden China Xi Jinping menyebut negaranya sudah berhasil menjinakkan Virus Corona, tetapi virus itu terlanjur menyebar ke berbagai negara. China pun mulai mengirim alat dan bantuan medis ke berbagai negara.  

Salah satu negara yang menjadi tujuan China adalah Italia yang terdampak paling parah di Eropa. Namun, otoritas kesehatan China mengaku kaget melihat betapa santainya warga Italia dalam menghadapi Virus Corona. 

Dilaporkan South China Morning Post, pihak China mengambil contoh di Kota Milan yang ternyata transportasi publik masih beroperasi. Itu berbeda dengan kota Wuhan yang menutup jalur transportasi.

"Di Milan, area yang terkena paling parah oleh COVID-19, tindakan lockdown-nya sangat kendor. Saya bisa melihat transportasi umum masih beroperasi, orang-orang masih berpergian, masih berkumpul di hotel-hotel dan mereka tidak memakai masker," ujar Sun Shuopeng, wakil presiden Palam Merah China. 

Italia sebetulnya sudah melakukan lockdown sejak awal bulan ini, namun Sun Shuopeng lantas membandingkan tindakan disiplin yang diambil oleh China. Lockdown di China sangatlah ketat sementara kehidupan di Milan berjalan relatif normal.

"Saya tidak tahu apa yang masyarakat di sini pikirkan. Kita benar-benar harus menghentikan aktivitas-aktivitas ekonomi seperti biasa dan interaksi manusia seperti biasa. Kita harus tetap berada di rumah dan membuat setiap usaha untuk menyelamatkan nyawa. Langkah ini patut dibayar dengan berbagai cara demi menyelamatkan nyawa," tegas Sun.

Kasus Virus Corona di Italia telah merenggut 3.405 nyawa dan total kasusnya sudah 44 ribu. Berdasarkan statistik resmi, jumlah orang meninggal akibat Corona di Italia sudah melebihi China. 

Virus ini mudah menular di kerumunan ramai lewat batuk atau bersin. Nyawa lansia terutama sangat terancam akibat Virus Corona, alhasil negara maju seperti Amerika Serikat meminta agar masyarakat tetap di rumah agar lansia tak tertular.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya