Klub-Klub Paling Konsisten pada Era Liga 1

Bhayangkara FC menjadi tim paling konsisten karena mampu finis di posisi lima besar dalam tiga musim terakhir.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 22 Mar 2020, 18:50 WIB
Trivia Klub-klub Yang Paling Stabil Di Jajaran Lima Besar (Bola.com/Adreanus Titus)

Jakarta- Ketatnya persaingan di Liga 1 membuat performa klub ada yang naik-turun. Namun, ada sedikit klub yang mampu memberikan penampilan konsisten sepanjang era 2017 sampai Shopee Liga 1 2020.

Bhayangkara FC layak dinobatkan sebagai klub yang paling konsisten pada Liga 1. Klub berjulukan The Guardians itu mengawali era Liga 1 dengan gelar juara pada edisi 2017.

Ketika itu, Bhayangkara FC diasuh oleh pelatih Simon McMenemy. Indra Kahfi dkk. finis dengan mengemas 68 poin hasil 22 kali menang, dua kali imbang, dan 10 kali kalah.

Pada musim selanjutnya, Bhayangkara FC gagal mempertahankan gelar juara yang beralih ke Persija Jakarta. Meski demikian, Bhayangkara FC tetap mampu bersaing dan finis di urutan ketiga dengan selisih delapan angka dari Persija.

Gelandang Bhayangkara FC, Flavio Beck Junior, disambut oleh rekan-rekan setimnya usai mencetak gol ke gawang Barito Putera dalam laga pekan ketiga Shopee Liga 1 2019 di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Selasa (28/5/2019). Flavio Beck Junior sukses mencetak hattrick. (Bola.com/Yoppy Renato)

Performa stabil masih mampu dimiliki Bhayangkara FC meski berganti pelatih pada 2019. Sempat terseok-seok pada awal musim bersama Angel Alfredo Vera, Bhayangkara FC kemudian bangkit.

Tongkat kepelatihan beralih ke Paul Munster asal Irlandia Utara. Bhayangkara FC kemudian finis di peringkat keempat dengan koleksi 53 poin, selisih 11 angka dari Bali United yang jadi kampiun Liga 1 2019.

Namun, Bhayangkara FC kembali mengulang nasib yang sama pada Shopee Liga 1 2020. Bhayangkara FC terlihat kesulitan meraih kemenangan dan harus puas menyegel hasil imbang dalam tiga laga beruntun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Persebaya Layak Diapresiasi

Pemain Persebaya Surabaya merayakan gol yang dicetak Oktafianus Fernando ke gawang Bhayangkara FC pada laga Shopee Liga 1 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Sabtu (31/8). Persebaya menang 2-0 atas Bhayangkara. (Bola.com/Yoppy Renato)

Pujian juga layak diberikan kepada Persebaya Surabaya. Mengawali kiprah di Liga 2 pada edisi 2017, Persebaya berhasil promosi dengan predikat juara kasta kedua itu.

Persebaya yang ketika itu diasuh Alfredo Vera sempat terseok-seok pada awal musim Liga 1 2018. Hingga pekan ke-18, Persebaya masih terjebak di urutan ke-13.

Manajemen kemudian menunjuk Djadjang Nurdjaman sebagai pelatih. Perlahan tapi pasti, performa Persebaya meningkat hingga akhirnya finis di urutan kelima. Pencapaian tersebut cukup bagus untuk klub yang berstatus promosi saat itu.

Pada 2019, Persebaya kembali mengulang nasib kepayahan bersaing. Djanur kemudian menjadi tumbal karena dianggap gagal mengangkat performa Persebaya yang ketika itu menghuni posisi ketujuh sampai pekan ke-13.

Tugas Djanur kemudian digantikan Aji Santoso. Lagi-lagi Persebaya mampu bangkit dan menutup musim secara mengejutkan karena menjadi runner-up Liga 1 2019.

Namun, Persebaya kembali mengalami nasib buruk pada musim 2020. Klub berjulukan Bajul Ijo itu terjebak di papan bawah karena belum mampu meraih kemenangan pada dua laga awal Shopee Liga 1 2020.


Konsistensi Borneo FC

Borneo FC di Shopee Liga 1 2020. (dok. Borneo FC)

Selain Bhayangkara FC dan Persebaya Surabaya, konsistensi Borneo FC di Liga 1 juga layak diacungi jempol. Klub berjulukan Pesut Etam itu konsisten finis di urutan tujuh besar pada dua musim terakhir.

Dengan kekuatan yang tak terlalu gemilang, Borneo FC sempat kesulitan pada awal musim 2017 bersama pelatih Dragan Djukanovic. Manajemen kemudian menunjuk Ricky Nelson sebagai caretaker.

Borneo FC langsung bangkit bersama Ricky Nelson. Namun, akhirnya Ricky Nelson harus digantikan Iwan Setiawan yang berhasil membantu Borneo FC finis di peringkat kedelapan.

Pada musim 2018, karier Iwan Setiawan di Borneo FC hanya bertahan satu pertandingan. Manajemen kemudian menunjuk Dejan Antonic. Keputusan yang terbukti ampuh karena bersama Dejan, Borneo FC finis di urutan ketujuh pada akhir musim. Pencapaian yang lebih baik ketimbang musim sebelumnya.

Memasuki musim 2019, Borneo FC beralih ke tangan Mario Gomez, setelah mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Italia, Fabio Lopez, yang hanya bertahan di pramusim. Bersama pelatih asal Argentina itu Borneo FC mampu bersaing dengan sempat mengalahkan klub-klub elite.

Namun, Borneo FC akhirnya harus finis di peringkat ketujuh. Meski demikian, pencapaian itu layak diapreasiasi karena tidak mudah mengantarkan klub tampil stabil di tengah ketatnya persaingan.

Harapan kemudian menaungi Borneo FC pada 2020 bersama pelatih Edson Tavares. Klub asal Samarinda itu berhasil tampil menggebrak dalam tiga laga awal dan saat ini menghuni peringkat ketiga dalam klasemen sementara Shopee Liga 1 2020.

Disadur dari Bola.com (penulis Zulfirdaus Harahap, Editor Benediktus Gerendo, Published 22/3/2020)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya