Singkirkan Panic Buying Saat Wabah COVID-19 dengan Jaga Pikiran Tetap Rasional

Menyingkirkan panic buying saat wabah COVID-19 dengan tetap berpikir rasional.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 22 Mar 2020, 16:00 WIB
Warga antre saat Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Perum Bulog bekerja sama dengan Sugar Group Companies menyiapkan 10 ton suplai gula tiap harinya dalam rangka Gerakan Stabilitas Pangan di 35 titik pasar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Pusat Krisis Universitas Indonesia Dicky Palupessy mengungkap gejala panic buying yang terjadi dalam situasi darurat Corona COVID-19. Menurutnya, gambaran yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa merebaknya virus Corona mengakibatkan kita merasa kehilangan perasaan untuk bisa mengendalikan diri.

"Jadi, saat panic buying, kita semacam kehilangan sense of control dalam mengendalikan situasi yang terjadi pada diri sendiri. Sebagian besar orang mempersepsikan virus Corona sebagai musuh yang tidak terlihat, ya memang tidak terlihat," ujar Dicky saat konferensi pers secara Live di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (22/3/2020).

"Tetapi juga tidak tahu kapan saja dan di mana saja akan terjadi penyebaran virusnya. Terlebih lagi hingga saat ini di Indonesia belum ada antivirusnya, sehingga membuat kita merasa makin rentan terpapar virus Corona."

Dampak adanya perasaan kehilangan kendali diri sendiri mengakibatkan panic buying, orang membeli secara berlebihan barang-barang kebutuhan, seperti sembako, hand sanitizer, dan masker. Perasaan takut tidak adanya kebutuhan barang pokok di pasaran bisa lebih intens karena marak beredar informasi yang keliru atau tidak meyakinkan.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Harus Tetap Rasional

Direktur Sugar Group Companies Yusuf Sumartha dan Irwan Ang memberikan gula pasir kepada warga saat Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Sugar Group Companies menjamin ketersediaan gula selama satu di 35 titik pasar wilayah DKI Jakarta dan Banten. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Agar terhindar dari panic buying, Dicky menyarankan, pikiran kita harus tetap rasional. Rasionalitas ini harus menyelimuti diri sendiri sehingga rasa panik dan cemas dapat hilang.

"Membeli barang secara berlebihan didasari oleh kepanikan kecemasan untuk membuktikan diri kita mengalami panic buying. Dengan membuat pikiran kita tetap berada di atas rasa panik dan cemas, menghindari diri dari panic buying," lanjut Dicky, yang juga Wakil Sekjen Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI).

"Ada memang dampak jangka pendek, yang mana kebutuhan sudah aman dan tercukupi. Tapi dampak jangka panjang justru bisa menular (kepada publik luas). Akan timbul kekhawatiran sosial yang makin meluas."

Intinya, kita harus berpikir secara rasional dengan berbelanja secukupnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya