Liputan6.com, Jakarta - Ki Kusumo menganggap bahwa wabah virus Corona baru atau Covid-19, merupakan bagian dari peristiwa luar biasa abad ini. Di Jawa, hal ini dikenal sebagai ’Pageblug.’ Katanya, masyarakat Indonesia relatif terbiasa dalam menghadapi gejala alam seperti ini.
Kata Ki Kusumo, kita pernah menghadapi wabah serupa seperti SARS, Flu Burung, Lumpuh Layu, dan lain-lain, yang juga telah menjadi epidemi. Ditambah lagi, ada peristiwa menakutkan, cepat, dan sporadis seperti bencana alam.
Baca Juga
Advertisement
“Sebuah wabah penyakit yang menyerang orang secara sporadis terjadi di seluruh dunia yang sebenarnya dikendalikan oleh makhluk-makhluk tak kasat mata (tidak terlihat oleh mata),” Ki Kusumo menyampaikan kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (21/03/2020).
Merebaknya virus Corona Covid-19, menurut Ki Kusumo adalah bagian dari peristiwa ’Batara Kala’, yang dalam kultur Jawa merupakan simbol binasa tepat pada waktunya. Tak ada siapapun bisa melawannya jika sudah waktunya. Nama dari cerita pewayangan itu selalu disangkutkan dengan keselamatan manusia.
"Apabila seseorang sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula ’Batara Kala’ akan menjemputnya,” kata Ki Kusumo.
Menyeimbangkan Alam
Ia pun menyebut bahwa wabah ini merupakan bagian dari proses alam yang menyeimbangkan tubuhnya secara sistemik atau alami. Alam bereaksi karena manusia merusaknya, Bumi diambil pohonnya dan sumber daya alamnya. Alam pun tak seimbang lalu terjadi gempa bumi, longsor, gunung meletus, dan sebagainya.
“Karena ketidakseimbangan hal tersebut, akhirnya terjadilah di mana sistem bumi akhirnya sudah tidak seimbang. Hingga akhirnya bumi pun secara alami mengalami atau melakukan sebuah prosesnya,” ujar Ki Kusumo.
Ki Kusumo juga meminta masyarakat agar selalu mengingat Tuhan dalam berbagai tindakan. Menurutnya, wabah virus Corona merebak luar biasa cepatnya beredar, hingga begitu banyak korban hingga negara seakan lumpuh.
“Saya berpikir bahwa ini adalah peringatan dari alam semesta. Oleh karena itu, jangan pernah lupakan Tuhan. Jangan pernah lupakan bahwa di alam nyata ada alam tidak nyata. Bahwa kita hidup berdampingan. Semua harus saling menghargai, mentoleransi, sehingga keseimbangan alam itu terjadi,” ujarnya.
Advertisement
Pageblug
Ki Kusumo pun menyampaikan bahwa hal ini adalah bagian 'Pageblug' sembari mengajak masyarakat melakukan proses keheningan jiwa, introspeksi, ’sangkan paraning dumadi;’ dan mengingat diri sendiri, asal muasal, keingnan, dan tujuan.
Tindakan yang tidak hanya bersifat fisik, seperti melakukan pembasmian, pengobatan lahir, dan sebagainya, melainkan upaya bersifat spiritual.
“Kembali kepada spirit Ilahi, eling; berdoa, memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa, melakukan sebuah prosesi spiritual,” ujarnya.