Liputan6.com, Banyumas - Amin Wahyudi (31) menangkupkan tangan di dadanya, dalam diam, dia tampak memanjatkan doa. Lantas kedua kelopak mata perlahan terbuka. Ia hendak lompat tebing alias cliff jumping.
Ditatapnya permukaan air kedung Pete, kawasan wisata Curug Telu, Desa Karangsalam, Baturaden, Kabupaten Banyumas. Setarikan nafas, Amin melompat dari atas tebing setinggi 5 meter.
Tangannya melentang saat melompat. Tiga detik di udara, kemudian kedua tangan merapat lurus ke depan dengan tangan dan kepala di bawah. Setelah itu sekujur tubuh memasuki kedung sedalam enam meter.
Aksi yang Amin lakukan ialah cliff jumping, olahraga ekstrem dengan melompat dari tebing air terjun ke kolam atau kedung di bawahnya. Olahraga itu memacu deras adrenalin, apalagi bagi yang takut ketinggian.
Baca Juga
Advertisement
“Inilah cara kami menikmati curug. Tetapi, saran saya harus berlatih dahulu sebelum benar-benar melompat dari tebing,” ujarnya yang tergabung dalam Cliff Jumping Purwokerto.
Tentu olahraga itu cukup berbahaya, apalagi jika tubuh mendarat telentang. Dada atau punggung serasa dihantam benda keras, salah-salah bisa menyebabkan gegar otak atau patah tulang.
Untuk berlatih cliff jumping, Amin mencontohkan, di Kedung Pete ada ketinggian beragam dari tiga meter, lima meter, dan paling tinggi 13 meter. Sebelumnya harus berlatih dahulu di ketinggian terendah untuk membiasakan posisi tubuh saat mendarat.
“Variasi lompatan beragam, hampir seperti loncat indah. Namun, untuk lompat tebing lebih aman melompat dengan tubuh lurus, kaki rapat di bawah, dan tangan menutupi dada,” katanya.
Setelah terbiasa baru mencoba di ketinggian yang bervariasi. Tidak sekali-dua kali kemudian mencoba di ketinggian 13 meter, tapi harus berkali-kali sampai terbiasa baru mencoba tebing tertinggi.
Lokasi Wajib Cliff Jumping
Cliff Jumping Purwokerto awalnya diinisiasi oleh Kelvin Steffanes pada 2015. Aksi pemuda kelahiran 5 Januari 1992 itu pun mendapat apresiasi dan lambat laun anggotanya terus bertambah.
Selain Kedung Pete, Kelvin merekomendasikan dua curug lain di kawasan Banyumas. Yakni, Curug Urang di wilayah Kecamatan Sumbang dan Curug Gabu di Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden.
Curug di sana masih asri, sebab masih dekat dengan hulu yang berada di Gunung Slamet. Air jernih dingin dengan pemandangan pepohonan dan udara sejuk yang melegakan dada.
Di Curug Urang dan Curug Gabu, lanjut Kelvin, ketinggian tebing dimulai dari 2, 5, hingga 8 meter dengan kedalaman kedung sekitar 4 - 5 meter. Lokasi tersebut ramah bagi cliff jump pemula yang mencoba memacu adrenalinnya.
“Yang penting untuk spot cliff jump, kedung harus dalam dan pijakan untuk melompat tidak licin,” ujarnya.
Selain ketiga curug itu, di akun instagram Cliff Jumping Purwokerto telah dipublikasikan puluhan air terjun lain yang berada di eks Karesidenan Banyumas. Selain karena hobi, mereka juga bertujuan menawarkan pesona curug yang sangat indah.
Sementara untuk curug paling ekstrim, Kelvin merekomendasikan Curug Gundem, Desa Kemutug, Kecamatan Baturaden. Ketinggian titik lompatan di sana mecapai 30 meter.
“Kalau di sana, lebih baik untuk yang sudah terbiasa, jangan berani sekedar coba-coba,” ujarnya memberi saran.
Advertisement