Liputan6.com, Ouagadougou - Empat menteri pemerintahan di Burkina Faso telah terinfeksi oleh Virus Corona COVID-19, ketika jumlah kasus yang dilaporkan naik menjadi 64 dari 40, dan menjadi yang tertinggi di Afrika Barat.
Menteri luar negeri, pertambangan, pendidikan, dan dalam negeri semuanya dinyatakan positif COVID-19. Hal ini diungkapkan oleh seorang juru bicara pemerintah pada hari Sabtu. Demikian seperti dilaporkan oleh Al Jazeera, Senin (23/3/2020).
Advertisement
"Desas-desus itu menjadi kenyataan ... Saya baru saja diberitahu bahwa saya menderita COVID-19," kata Menteri Luar Negeri Alpha Barry dalam akun Twitternya pada Jumat malam, merujuk pada laporan media yang berspekulasi tentang kesehatannya.
Menteri Pertambangan Oumarou Idani, Menteri Pendidikan Stanislas Ouaro dan Menteri Dalam Negeri Simeon Sawadogo masing-masing mengonfirmasi kasus mereka melalui Facebook.
Pertemuan menteri diadakan pada 11 Maret, situs web pemerintah menunjukkan, tetapi tidak segera jelas apakah semua menteri hadir pada waktu itu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sistem Kesehatan Tak Memadai
Negara berpenghasilan rendah dengan sekitar 20 juta penduduk itu, tengah berjuang untuk menghadapi situasi keamanan politik yang kian memburuk. Di mana sejumlah kelompok bersenjata telah membuat situasi semakin tidak terkendali hingga mengakibatkan hampir satu juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Para pejabat kesehatan internasional khawatir bahwa virus itu dapat menyebar di luar kendali dan meluap ke sistem perawatan kesehatannya yang sudah usang.
Pemerintah telah memberlakukan langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran, termasuk menutup perbatasan darat dan udara serta melarang pertemuan lebih dari 50 orang.
Pekan lalu, semua sekolah dan universitas di negara Afrika Barat juga ditutup untuk sisa bulan ini.
Burkina Faso melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada 9 Maret, 10 hari setelah kasus pertama di Afrika sub-Sahara diumumkan di Nigeria pada 28 Februari.
Ornop-ornop (Organisasi Non Pemerintah) telah memperingatkan bahwa konflik, pemindahan dan infrastruktur kesehatan yang lemah dapat menyebabkan kematian yang sangat besar.
"Dalam skenario kasus terbaik, yang kita tinggali saat ini, kita hanya akan memiliki beberapa kasus," Jerry-Jonas Mbasha, koordinator klaster untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Burkina Faso, mengatakan kepada Al Jazeera minggu lalu.
"Dalam skenario terburuk, kita bisa melihat tingkat kematian lima hingga 10 kali lebih tinggi daripada rata-rata global."
Al Jazeera melaporkan minggu lalu bahwa hanya ada 400 alat tes Virus Corona yang tersedia di Burkina Faso, dengan hanya tiga fasilitas kesehatan di negara itu yang dapat melakukan tes - dua di Ouagadougou dan satu di kota kedua Bobo Dioulasso.
Mbasha mendesak komunitas internasional untuk turun tangan guna membantu menghindari krisis besar.
"Kami membutuhkan mitra teknis dan keuangan untuk datang dan melindungi Burkina Faso, seperti halnya negara-negara Afrika lainnya yang menghadapi situasi yang sama," ujar Mbasha.
Advertisement