Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pihak kerajaan di Malaysia memutuskan lockdown atau menutup akses wilayahnya sebagai bentuk antisipasi penyebaran Virus Corona COVID-19. Keputusan yang disebut "Perintah Kawalan Pergerakan" itu dimulai sejak 18 Maret hingga 31 Maret 2020.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menyampaikan, kenaikan jumlah pasien yang terpapar Virus Corona COVID-19, menjadi alasan utama pemerintahan Negeri Jiran melakukan lockdown secara nasional.
Kebijakan ini dibuat berdasarkan Akta Pencegahan dan Pengawalan Penyakit Berjangkit 1988 dan Akta Polis 1967.
Menanggapi hal tersebut, tentu seluruh warga yang tinggal di sana mengalami dampaknya bahkan termasuk warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di sana, baik yang bekerja ataupun menempuh studi.
Baca Juga
Advertisement
Nadya Fadhilah misalnya, seorang mahasiswi asal Indonesia yang kini melanjutkan studi S1-nya di University of Malaya dan mengambil jurusan Media and Communication Studies.
Ia mengungkapkan, salah satu dampak signifikan yang paling dirasakan adalah kesulitan akses jika ingin bepergian ke luar rumah.
"Per tanggal 22 Maret pemerintah tuh kasih order ke kita, bahwa kalau mau bepergian tuh harus sendiri sendiri walaupun itu cuma untuk belanja kebutuhan sehari-hari saja seperti ke supermarket," ungkapnya ketika dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (25/3/2020).
Kendati demikian, menurut dia, supermarket maupun toko kebutuhan pokok masih buka walaupun pergerakan setiap masyarakat masih sangat diawasi.
Terkait studinya, ia mengatakan pihak kampus sudah menerapkan sistem kuliah online, sedangkan banyak kantor juga sudah memberlakukan sistem kerja dari rumah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Sering Masak Makanan Indonesia
Selama masa lockdown, ia mengakui bahwa perasaan takut dan khawatir tetap ada, terlebih jika harus pergi ke luar rumah untuk membeli bahan pokok.
"Kalau perasaan selama lockdown sih jujur agak worry, karena jadi takut ke mana-mana dan juga ya karena jadi susah juga aktivitas, benar-benar cuma bisa di rumah saja. Mau belanja saja tuh sebenarnya takut," imbuhnya.
Demi menghilangkan perasaan tersebut, sekaligus mengisi waktu luang di rumah, ia menceritakan tentang kegiatan barunya, yaitu memasak makanan Indonesia.
"Jadi suka masak makanan Indonesia kaya soto Betawi atau kayak apa-lah, sambel-sambelan kayak gitu. Jadi malah lebih bisa explore gitu. Karena mau enggak mau kan harus masak sendiri di rumah," ungkap Nadya.
Ia pun juga berpesan kepada seluruh anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di negara mana pun, terlebih yang sedang atau akan mengalami lockdown untuk tetap berpikir positif dan justru bisa memanfaatkan waktu yang ada.
"Good luck dan sabar, harus tabah karena emang betein banget kayak kalian yang tadinya bisa tiap hari main keluar apalagi jauh dari orangtua."
"Mungkin ini jadi bisa ngebuka pikiran untuk membuat kreasi-kreasi yang mungkin sebelumnya nggak sempat dilakuin misalnya untuk membuat makanan atau hal-hal lain, seperti mungkin crafting atau apapun sesuai hobi kalian," katanya.
Advertisement