Masker Pelindung Wajah Produksi ITS Bisa Diakses Gratis oleh Tenaga Medis, Begini Caranya

Setelah sebelumnya berinovasi merancang sejumlah perangkat disinfeksi, kini ITS juga memperkenalkan salah satu alat pelindung diri (APD) berupa face shield mask atau pelindung wajah

oleh Dian Kurniawan diperbarui 24 Mar 2020, 16:29 WIB
ITS produksi masker untuk tenaga medis. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan kepeduliannya untuk membantu mencegah penyebaran Corona COVID-19. Setelah sebelumnya berinovasi merancang sejumlah perangkat disinfeksi, kini ITS juga memperkenalkan salah satu alat pelindung diri (APD) berupa face shield mask.

Kepala Laboratorium Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Industri ITS, Djoko Kuswanto, selaku penemu, mengungkapkan, target produksi Face Shield Mask sekitar 50 sampai 1.000 buah per hari.

 "Sejak Sabtu (21/3) lalu, gagasan ini telah diupayakan untuk mencapai target tersebut," ujarnya, Selasa (24/3/2020). 

Djoko menilai panic buying menjadi salah satu bentuk respons masyarakat terhadap merebaknya Corona COVID-19. Dunia medis pun ikut terguncang dengan berkurangnya APD, padahal perlengkapan ini dibutuhkan tenaga medis.

Jumlah APD yang kian menurun inilah menggugah ITS bersama Asosiasi Printer 3D Indonesia ikut memberikan bantuan APD dengan memproduksi Face Shield Mask ini. 

Djoko yang juga Koordinator Asosiasi Printer 3D Indonesia chapter Jatim ini menjelaskan, Face Shield Mask dipilih karena mudah dibuat dengan estimasi waktu pembuatan yang terbilang cepat.

“Apalagi, masker menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini,” ucapnya.

Berdasarkan dari data yang diterima Laboratorium Integrated Digital Design ITS, saat ini kebutuhan masker mencapai 270.000 buah. Djoko menyebutkan akan menerapkan dua jenis prosedur produksi untuk efisiensi kerja produksi.

Pertama, metode 3D printing. Cara kerjanya dengan menata bahan berupa lelehan sehingga menjadi benda yang dikonsepkan.

Kelebihan metode 3D printing sendiri, barang dapat terproduksi lebih detail sesuai yang dirancang.

“Akan tetapi, untuk kondisi gawat seperti saat ini, 3D printing memakan waktu produksi yang cenderung lama,” kata Djoko.

Oleh karena itu ia menerapkan metode memakai alat CNC Router untuk mengatasi hal itu. CNC Router merupakan mesin yang dilengkapi dengan digital signal processing (DSP) dalam proses memotong atau mengukir suatu bahan tertentu. Dari bahan yang utuh, bahan diukir sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang diinginkan.

Untuk pembuatan masker ini digunakan dua jenis plastik, yakni High Density Polyethylene (HDPE) dan Polyethylene terephthalate (PET). Masker darurat ini pun harus diproduksi dengan memerhatikan keamanan bahan yang digunakan.

Ia menegaskan masker ini hanya diperuntukkan bagi lembaga klinis yang membutuhkan tanpa dipungut biaya.

Bagi lembaga klinis yang ingin mengajukan permintaan kebutuhan, alur yang harus ditempuh pertama adalah dengan menyiapkan surat permintaan resmi dan melampirkannya bersama formulir online yang disediakan. Detail dari prosedur dapat diketahui melalui narahubung tim penggerak produksi Face Shield Mask ITS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya