Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior INDEF Dradjad Wibowo, mengatakan tidak setuju apabila di Indonesia dilakukan herd immunity untuk menghentikan penyebaran virus corona covid-19.
“Mengenai herd immunity saya rasa wacana herd immunity ini kita tutup saja, wacana itu bertentangan dengan pancasila dan morality, herd immunity itu akan muncul sendiri ketika sudah banyak orang sakit, setiap orang akan menimbulkan sistem imunitas tersendiri,” kata Drajad dalam Press Conference “Meracik Vaksin Ekonomi Hadapi Pandemi”, di Jakarta, Selasa (14/3/2020).
Advertisement
Menurutnya, apabila wacana itu dijadikan kebijakan negara, maka artinya satu negara sama saja dengan membiarkan banyak warganya terinfeksi, bagi negara yang pelayanan kesehatannya sudah maju seperti inggris saja tidak sanggup menerapkan herd immunity. Karena banyak sekali orang yang sakit.
Diketahui Herd immunity atau juga dikenal dengan imunitas kawanan didefinisikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagai situasi di mana proporsi populasi yang cukup kebal terhadap penyakit menular (melalui vaksinasi dan/ atau antibody dari infeksi sebelumnya) membuat penyebarannya dari orang ke orang menjadi lambat bahkan bisa berhenti.
Artinya, di mana ada suatu kekebalan kawanan atau herd immunity yang berasal dari vaksinasi atau yang sudah terinfeksi dan dapat sembuh, akan lebih sedikit orang yang bisa terinfeksi, karena penyebaran virus dari orang ke orang cukup sulit.
Namun, apabila wacana herd immunity diterapkan di Indonesia, maka akan ada puluhan juta warga yang sakit. Ia pun mengkhawatirkan hal itu, jika banyak yang sakit padahal keadaan fasilitas kesehatan di Indonesia belum semaju negara lain, maka akan gagal, bahkan negara maju seperti Inggris pun tak sanggup.
“Puluhan juta rakyat yang sakit ini akan dirawat di mana, itu bertentangan dengan pri kemanusian yang adil dan beradab, jadi herd immunity ini kita tutup saja jangan kita bahas wacanakan, apalagi sampai dijadikan policy, karena akan banyak yang sakit, akan banyak yang meninggal, apalagi dengan kapasitas kesehatan yang ada di kita,” pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mengenal Herd Immunity yang Disebut Dapat Memperlambat Penyebaran Virus Corona Covid-19
Penyebaran virus corona atau COVID-19 tengah menjadi momok menakutkan. Sudah ratusan orang positif terinfeksi virus corona di Indonesia. Pemerintah pun telah menginstruksikan kepada masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah dan tidak mendatangi tempat ramai demi meredam penularan dari COVID-19.
Dilansir Liputan6.com dari Merdeka.com pada Selasa (24/3/2020) World Helath Organization (WHO) menyarankan agar para pemimpin dunia mengambil tindakan yang yang tegas dan agresif guna mencegah semakin banyaknya korban terdampat virus corona. Salah satu cara yang juga dibahas dalam WHO bersama para pemimpin dunia terkait dengan virus corona ini ialah Herd Immunity atau kekebalan kelompok.
Istilah herd immunity atau kekebalan kelompok mungkin terdengar cukup asing bagi banyak orang. Meski disebut bisa memperlambat penyebaran dari virus corona COVID-19, namun tak sedikit pula yang masih meragukan hal tersebut. Untuk itu, kamu juga perlu mengetahui lebih lanjut mengenai istilah herd immunity dan cara kerjanya.
Herd immunity atau yang dikenal dengan imunitas kelompok didefiniskan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sebagai situasi di mana populasi dari masyarakat yang memiliki kekebalan terhadap penyakit menular lebih banyak, sehingga tidak terjadi adanya penularan secara luas. Seseorang yang memiliki kekebalan terhadap penyakit menular pun bisa dimiliki karena vaksinasi ataupun adanya antibodi dari infeksi sebelumnya.
Kekebalan kelompok atau herdy immunity ini juga dianggap mampu melindungi seseorang yang tidak mendapat vaksinasi atau seseorang yang minim akan kekebalan tubuh. Hal ini bisa membuat lebih sedikit orang yang dapat terinfeksi dari penyakit menular.
Adanya herd immunity juga dianggap mampu memberikan perlindungan kepada orang lain yang cukup rentan, mulai dari bayi baru lahir hingga para lansia. Sehingga akan lebih sedikit orang yang bisa terinfeksi, karena penyebaran virus dari orang ke orang cukup sulit.
"Ketika sekitar 70 persen populasi telah terinfeksi dan pulih, kemungkinan wabah penyakit menjadi jauh lebih sedikit karena kebanyakan orang resisten terhadap infeksi," kata Martin Hibberd, seorang profesor penyakit menular di London School of Hygiene & London yang dilansir dari Aljazeera.
Advertisement
Miliki Risiko Cukup Besar
Meski dianggap menjadi salah satu cara untuk memerlambat penyebaran dari sebuah virus termasuk COVID-19, akan tetapi risiko yang diambil cukup besar. Dilansir Liputan6.com dari ScienceFocus, Selasa (24/3/2020) resiko yang diambil untuk membuat adanya sistem kekebalan kelompok termasuk cukup besar. Sedikitnya 60 persen seseorang terinfeksi untuk membuat sistem herd immunity dapat dilakukan.
Padahal, hingga saat ini jumlah presentase masih terbilang jauh dari angka 60 persen. Namun, meski begitu jumlah pasien meninggal dunia telah mencapai angka lebih dari 16 ribu jiwa.
Selain itu, belum tersedianya vaksin bagi COVID-19 ini membuat seseorang yang memiliki kekebalan terhadap virus corona ini masih sangat minim. Bahkan, satu-satunya pilihan dari adanya sistem ini ialah dari pasien pemulihan infeksi.