Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meminta masyarakat Indonesia dapat menerapkan kerja, sekolah, dan beribadah di rumah saja dalam 14 hari, terhitung mulai 16 Maret hingga 31 Maret 2020 selama pandemi virus Corona atau Covid-19.
Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kemendagri, Safrizal Za, menyampaikan tren Covid-19 di Tanah Air terus naik hari demi hari. Itulah alasan masyarakat diminta disiplin membatasi interaksi sosial atau social distancing.
Advertisement
"Tujuan social distancing ini adalah menekan angka jangan statistik terus naik melalui penyebarna orang ke orang. Nanti akan dipantau apakah work from home ini berjalan efektif tidak," tutur Safrizal di Kantor Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020).
Menurut Safrizal, sudah seharusnya masyarakat tidak ngeyel dan mau berdiam diri di rumah sementara. Pasalnya, jika penerapan 14 hari social distancing untuk mencegah penyebaran virus Corona tidak juga berhasil, maka pemerintah akan menentukan langkah yang lebih tegas.
"Kalau tidak, perlu ada tindakan lebih disiplin lagi dalam membatasi masyarakat. Kalau tidak disiplin tidak akan efektif," jelas dia.
Safrizal menekankan perlunya kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah hingga para pelaku usaha. Rumah sakit yang ada di Indonesia perlahan penuh pasien dan jika terus bertambah, maka semakin sulit virus Corona atau Covid-19 tertangani.
"Covid-19 ini penyebarannya sangat cepat. Solusinya membatasi kita kontak sesama pihak. Lakukan social distancing di mana saja. Harus dilakukan bersama-sama baru 14 hari itu berlaku efektif. Kalau tidak, maka efek ping-pong akan terjadi. Daerah lain turun, lainnya naik. Terus begitu, maka dari itu disiplin," Safrizal menandaskan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dokter dan Perawat RS Persahabatan Diusir dari Kos di Tengah Pandemi Covid-19
Sementara itu, di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19, tenaga medis mulai dari dokter hingga petugas kebersihan rumah sakit, menjadi pejuang di garda terdepan dalam menolong masyarakat. Namun begitu, rasa takut selalu dapat mempengaruhi nurani tiap orang.
Seperti yang dialami dokter dan perawat di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur. Paramedis tersebut justru mendapat perlakuan tak menyenangkan, tiba-tiba diusir dari kosan yang disewa.
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhilah membenarkan adanya aduan dan keluh kesah dari paramedis tersebut.
"Iya ada. Ya mereka kan sejak Rumah Sakit Persahabatan ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan itu, bukan hanya perawat, ada juga dokter, mahasiswa juga yang di situ, diminta untuk tidak kos di situ lagi," tutur Harif saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/3/2020).
Harif menduga, peristiwa itu ada kaitannya dengan rasa cemas dan ketakutan masyarakat terkait penyebaran virus corona Covid-19. Meski disebut hanya beberapa dari perawat yang mengadu, dia menyayangkan adanya tindakan tersebut.
"Menurut saya tidak harus seperti itu. Justru dalam masa-masa begini ini, ada perawat ada dokter di lingkungan kita malah harusnya bersyukur. Bisa menjadi tempat bertanya, tempat konsultasi, ya kan. Karena mereka tahu banyak soal seperti ini, supaya tidak salah informasi. Bisa menjadi sumber informasi yang utama harusnya untuk di bidang kesehatan," katanya.
Meski begitu, Harif tidak dapat menyalahkan kekhawatiran masyarakat terkait kondisi ini. Pasalnya, Covid-19 sudah menjadi pandemi global dan memberikan tekanan luar biasa besar terhadap psikologis setiap orang.
"Dari pihak kita ya sayang saja, harusnya senang ada tenaga kesehatan di sana," kata Harif.
Advertisement