Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Tilman Fertitta berencana untuk merumahkan sementara kurang lebih 40 ribu pekerja. Mereka saat ini bekerja di kasino, restoran dan hotel di jaringan bisnis Tilman Fertitta.
Langkah merumahkan pekerja ini karena memang bisnis yang dijalankan Tilman Fertitta sedang lesu akibat pandemi Corona.
Advertisement
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/3/2020), miliarder yang berasal dari Texas ini memiliki kasino Golden Nugget serta ratusan restoran Del Frisco’s dan Bubba Gump Shrimp di bawah jaringan The Landry’s Inc.
Kepada Bloomberg, Fertitta menjelaskan bahwa langkah shut-down sangat baik untuk mengurangi penyebaran Corona. tetapi jika hal tersebut berlangsung lama maka akan mematikan bisnis.
Perusahaan Fertitta telah mengurangi sekitar 70 persen karyawan setelah pandemi Covid-19, yang telah menghentikan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
Bisnis Terhempas Virus Corona, Miliarder Ini Justru Sumbang Rp 3,7 Triliun
Miliarder dunia Sir Richard Branson menjadi salah satu pengusaha yang harus rela bisnisnya terhempas wabah Virus Corona atau Covid-19.
Alih-alih kecewa, dia justru berani mengeluarkan uang besar demi melindungi masa depan karyawannya, dengan mengumumkan paket penyelamatan senilai USD 250 juta (Rp 3,75 triliun).
Melansir laman Forbes, Selasa (24/3/2020), Branson mengatakan, gelontoran USD 250 juta itu bentuk upaya menyelamatkan pekerjaan. Ini hanya permulaan untuk melawan pandemi yang dideskripsikannya sebagai krisis paling berdampak signifikan yang pernah dialaminya.
BACA JUGA
Donasi ini seakan menjawab kritik terhadap Branson yang punya tumpukan utang USD 690 juta (Rp 10,3 triliun).
Adapun langkah tersebut dilakukan setelah Branson dan perusahaan penerbangannya, Virgin Atlantic, diketahui meminta stafnya untuk cuti 8 pekan selama wabah corona, tanpa dibayar.
Kebijakan itu lantas disambut dengan kegemparan dan kemarahan sejumlah pihak. Di saat miliarder dunia lainnya merogoh kocek pribadi untuk membantu staf dalam keadaan krisis, Branson yang memegang 51 persen saham Virgin Atlantic justru dicela karena memikirkan keuntungan di saat seperti ini.
Namun, sejumlah staf Virgin Atlantic tetap menunjukan dukungan. Salah seorang staf menulis secara online, "Kami akan mengerahkan segala upaya untuk membantu perusahaan kami bertahan."
Branson kemudian banyak mengambil waktu akhir pekannya untuk menuangkan pikiran di atas kertas, sembari menggambarkan bulan-bulan mendatang sebagai pertempuran besar untuk bertahan hidup dan menyelamatkan pekerjaan.
"Kita sediakan seperempat miliar dolar untuk beberapa pekan dan bulan ke depan guna melindungi mereka (karyawan) dan menyelamatkan pekerjaan. Itu mungkin baru permulaan," tulisnya.
Dia menambahkan, maskapai penerbangannya harus tak mengoperasikan hampir semua pesawat, klub kesehatan dan hotel musti menutup pintu, dan semua pemesanan ke perusahaan jasa liburan juga sudah berhenti.
"Kami juga mendengarkan anggota tim kami di seluruh dunia untuk melihat apa hal lain yang dapat kami lakukan untuk mendukung mereka, keluarga dan komunitas mereka. Kami akan meluncurkan serangkaian program selama beberapa bulan ke depan," ujar dia.
Lebih lanjut, ia menyatakan, keputusan kontroversial atas cuti tak berbayar itu datang dari karyawan sendiri. "Guna membatasi kesulitan keuangan untuk semua orang, kami mau mengamankan kelangsungan hidup maskapai di masa depan, dan berusaha melindungi pekerjaan semua orang," serunya.
Atas dasar tersebut, Branson lantas menyerukan, "Peluang mendapatkan pemulihan ekonomi yang luas akan sangat bergantung pada pemerintah di seluruh dunia yang berhasil memobilisasi berbagai program dukungan baru."
Advertisement