Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di Tiongkok membuat geger usai meninggal dunia. Pemerintah di Ningshan, Shannxi mengungkapkan bahwa meskipun negatif COVID-19 namun pekerja bermarga Tian itu terinfeksi hantavirus.
Berita tersebut memicu kekhawatiran, khususnya di media sosial, akan munculnya penyakit baru di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir.
Advertisement
Walaupun begitu, Yang Zhangqiu, ahli virus dari Wuhan University mengatakan bahwa cara penularan dari hantavirus tidak seperti COVID-19.
"Berbeda dengan COVID-19, hantavirus dalam banyak kasus tidak menular melalui sistem pernapasan. Namun kotoran manusia dan darah pasien yang terinfeksi bisa mentransmisikan virus ke manusia," kata Yang seperti dikutip dari Global Times pada Kamis (26/3/2020).
Selain itu, Yang juga mengungkapkan bahwa meskipun pasien ini duduk di bus bersama beberapa penumpang, namun infeksi ke orang lain kemungkinan kecil. Dia juga mengatakan bahwa seseorang umumnya tak akan diserang oleh hantavirus dan COVID-19 secara bersamaan.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Bisa Dikendalikan dan Dicegah
Yang menjelaskan, penyakit hantavirus disebabkan oleh kontak dengan tikus seperti mengonsumsi makanan yang mereka sentuh atau menghirup aerosol yang terkontaminasi kotoran tikus.
Infeksi tersebut bisa membuat seseorang mengalami demam, kecenderungan pendarahan, dan kerusakan ginjal. Mirip dengan COVID-19, hantavirus bisa merusak fungsi hati, ginjal, serta organ-organ pasien lain sehingga membuat pasien mengalami gejala demam dan pendarahan hebat.
Walaupun begitu, Yang menjelaskan bahwa penyakit ini bisa dicegah dan dikendalikan. "Penyakit hantavirus dapat dicegah dan dikendalikan serta ada vaksin untuk mencegahnya," ujarnya.
Advertisement
Bukan Penyakit Baru
US Centers for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa hantavirus bukanlah penyakit baru. Beberapa kasus juga terjadi di Chile dan Argentina dan dikenal dengan jenis hantavirus yang disebut virus Andes.
"Sudah jarang terjadi di sebagian besar negara. Orang mendapatkannya dari tikus, bukan dari orang lain," kata Alan Radford, profesor veterinary health informatics dari University of Liverpool, Inggris.
"Meskipun itu bisa menjadi infeksi parah pada seseorang, polanya tidak berubah dan otoritas kesehatan tahu bagaimana meresponnya," kata Radford menambahkan seperti dikutip dari Newsweek.
Setidaknya, ada tiga penyakit yang disebabkan oleh hantavirus. Di Eropa dan Asia, mereka biasanya menyebabkan Haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS), sementara HFRS yang lebih ringan juga disebut Nephropathia epidemica di Eropa. Selain itu, di Amerika, mereka juga lebih dikenal sebagai penyebab Hantavirus cardiopulmonary syndrome (HCPS).