Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah menguat dan menjauh dari level 17.000 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Kamis (26/3/2020), rupiah dibuka di angka 16.205 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 16.500 per dolar AS. Pada pukul 11.11 WIB, rupiah terus menguat sentuh 16.347 per dolar AS.
Advertisement
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 16.205 per dolar AS hingga 16.347 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 17,9 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 16.328 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 16.486 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures mengatakan pasar keuangan masih menunggu berita baik persetujuan stimulus pemerintah AS yang belum disepakati di Kongres AS.
"Bila disetujui, ini akan memicu penguatan harga aset berisiko hari ini, termasuk rupiah," ujar Ariston dikutip dari Antara, Kamis (26/3/2020).
Sementara itu, pasar keuangan masih mengkhawatirkan penyebaran wabah COVID-19 yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang bisa menekan kembali pergerakan harga aset berisiko hari ini.
"Rupiah berpotensi bergerak menguat ke arah Rp16.300, dengan potensi resisten di Rp16.575 per dolar hari ini," kata Ariston.
Stimulus AS
Senat AS diperkirakan akan menyetujui paket stimulus dua triliun dolar AS pada Rabu malam waktu setempat, untuk mengurangi dampak ekonomi dari COVID-19, setelah berhari-hari negosiasi yang keras antara Partai Republik dan Demokrat.
Para pemimpin Gedung Putih dan Senat mencapai kesepakatan pada Rabu pagi mengenai paket stimulus besar-besaran, yang bertujuan melindungi ekonomi dari dampak yang berkembang dari wabah COVID-19.
Jumlah kasus COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 60.000 kasus pada pukul 14.30 Waktu Bagian Timur AS pada Rabu (19.30 GMT), menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins.
Advertisement